BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di penghujung abad lalu, Indonesia
mengalami perubahan besar yaitu proses reformasi ekonomi dan demokratisasi
dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000,
para pimpinan dunia bertemu di New York dan menandatangani “Deklarasi
Milennium” yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan
pemberantasan kemiskinan.
Komitmen tersebut, diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat.
Komitmen tersebut, diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat.
Untuk beberapa tujuan, diantaranya
kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan perlindungan terhadap lingkungan,
Indonesia bersama negara-negara lainnya, menetapkan target-target yang ambisius
namun sangat mungkin untuk dicapai. Kebanyakan dari target tersebut mesti
dicapai pada 2015. Oleh karena itu, Tahun 2010 menjadi penting, karena tahun
ini adalah pertengahan dari target 2015 khususnya pembangunan di bidang
kesehatan.
Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diselenggarakan
pada semua bidang kehidupan. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Dengan demikian, pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya
utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya
mendukung percepatan pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Kesehatan merupakan
nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada setiap insan di muka
bumi ini. Bahkan, kesehatan menjadi
salah satu pilar terlaksananya pembangunan nasional di suatu negara. Akan
tetapi, bukanlah hal yang mudah untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Pada dasarnya, kesehatan masyarakat merupakan interaksi antara faktor-faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas (H.L.Blum). Oleh karena
itu, diperlukan koordinasi yang baik antara semua komponen dalam suatu negara,
baik itu pemerintah, swasta, tenaga medis dan masyarakat itu sendiri.
Upaya pendekatan
masyarakat yang komprehensif merupakan suatu jalan untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat, melalui pembinaan perilaku hidup sehat, kesehatan
lingkungan, dan meningkatkan sarana pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif tetapi lebih ke arah
peningkatan upaya promotif dan preventif.
Secara umum, hal
yang menjadi masalah kesehatan di negara- negara berkembang, khususnya di
Indonesia yang sampai hari ini belum maksimal mendapatkan perhatian khusus dari
pihak-pihak yang berkepentingan adalah masih seputar permasalahan dasar seperti
buruknya sanitasi lingkungan, dan tidak diterapkannya perilaku hidup sehat oleh
masyarakat.
Melihat gambaran masyarakat Indonesia
yang menunjukkan tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi,
mengindikasikan bahwa masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian
juga dengan tingginya angka kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai dengan
munculnya kembali penyakit lama seperti malaria dan tuberkulosis paru,
merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik contohnya HIV/AIDS, Flu Burung dan Flu Babi; serta belum
hilangnya penyakit-penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah. Keadaan
ini diperparah dengan timbulnya berbagai kejadian bencana karena faktor alam
seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin puting beliung maupun
bencana karena perilaku manusia yang mengakibatkan semakin rusaknya alam
seperti banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal.
Sementara kesehatan sebagai hak azasi
manusia ternyata belum menjadi milik setiap manusia Indonesia karena berbagai
hal seperti kendala geografis, sosiologis dan budaya. Kesehatan bagi sebagian
penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan
rendah dengan mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan
mereka. Di samping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan
investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus
dipromosikan melalui soialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan
dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi.
Dengan Peraturan
Presiden Nomor 7 tahun 2005 telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Pembangunan kesehatan, yang merupakan
bagian dari pembangunan Sumber Daya Kesehatan (SDM), tercantum dalam Bab 28. Sasaran
yang harus dicapai oleh pembangunan kesehatan adalah:
1.
Meningkatnya umur
harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun.
2.
Menurunnya angka
kematian bayi dari 45 menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup.
3.
Menurunnya angka
kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup.
4.
Menurunnya
prevalensi gizi kurang anak balita dari
25,8% menjadi 20%.
Dengan telah
ditetapkannya sasaran tersebut, maka Departemen Kesehatan segera merumuskan
Visi Departeman Kesehatan dalam rangka mencapai visi Indonesia Sehat, yang saat
ini ditengarai dengan indikator-indikator sebagaimana tersebut dsi atas. Adapun
Visi Departemen Kesehatan itu adalah ”Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup
Sehat” dengan misi “Membuat Masyarakat Sehat” yang akan dicapai melalui
strategi:
1.
Menggerakkan
dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2.
Meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3.
Meningkatkan sistem
surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
4.
Meningkatkan pembiayaan
kesehatan
Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah
memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu,
KKN-Profesi Kesehatan Angkatan (KKN-PK) XXXV Universitas Hasanuddin Desa
Kayuloe Barat, Kecamatan Turatea
Kabupaten Je’neponto dengan wilayah kerja Puskesmas Bontomate’ne dalam
pengembangan desa siaga ini melakukan beberapa langkah pendekatan edukatif
serta mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat, menyiap-siagakan
masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, serta memandirikan masyarakat
dalam mengembangkan hidup bersih sebagai pendukung agar masyarakat di desa
Kayuloe Barat ini khususnya lebih siap siaga dalam menghadapi masalah kesehatan
dan membiasakan diri berperilaku hidup sehat.
B.
Pengertian
Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan
Kuliah Kerja Nyata
Profesi Kesehatan (KKN-PK) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara
memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah masyarakat
di luar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani
masalah-masalah pembangunan yang dihadapi. KKN dilaksanakan dalam masyarakat di
luar kampus dengan maksud meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu, pengetahuan, teknologi, serta
seni untuk melaksanakan pembangunan yang semakin meningkat serta meningkatkan
persepsi mahasiswa tentang relevansi antara materi kurikulum kampus dengan
realita pembangunan dalam masyarakat.
KKN-PK
merupakan salah satu bentuk pengintegrasian Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu antara pengabdian pada masyarakat dengan pendidikan
dan penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara interdisipliner dalam
bidang kesehatan, dibawah bimbingan Satgas KKN-PK dan Pemerintah Daerah dalam
jangka waktu tertentu (7 minggu).
Bidang garapan
dalam KKN-PK mencakup semua aspek yang terkait dengan profesi kesehatan, yaitu
:
1.
Aspek
keterampilan teknis, misalnya monitoring dan evaluasi program yang telah atau
sedang berjalan dan analisa data.
2.
Aspek
penelitian dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan instansi lokasi KKN-PK.
3.
Aspek
perencanaan, manajemen dan organisasi masalah kesehatan di lokasi KKN-PK.
C.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mampu mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan
yang ada dan melakukan upaya pemecahan masalah.
2.
Tujuan
Khusus
1.
Mampu mengidentifikasi
dan mendiagnosis masalah kesehatan.
2.
Mampu membuat
perencanaan berbasis masalah.
3.
Mampu memonitor dan
mengevaluasi kegiatan.
D.
Sasaran
1. Mahasiswa :
a.
Memperdalam pengertian
mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerjasecara interdisipliner, sehingga
dapat menghayati adanya ketergantungan kaitan dan kerjasama antar sektor.
b.
Memperdalam pengertian
dan penghayatan mahasiswa tentang pemanfaatan ilmu, teknologi dan seni yang
dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan.
c.
Memperdalam penghayatan
dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.
d.
Melaksanakan program
pengembangan dan pembangunan bersama masyarakat yang bertumpu pada kultur kerja
setempat.
e.
Mendewasakan cara
berfikir serta meningkatkan daya nalar dalam melakukan penelaahan, perumusan,
dan pemecahan masalah secara pregmatis ilmiah.
f.
Melatih mahasiswa
sebagai dinamisator dan problem solver.
g.
Melalui pengalaman
bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan dan memecahkan masalah secara
langsung, akan menumbuhkan sifcat profesionalisme dan kepedulian social dalam
diri mahasiswa dalam arti peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun rasa
kesejawatan.
2.
Masyarakat dan Pemerintah Daerah/Institusi
a.
Memperoleh
bantuan tenaga dan pikiran serta IPTEKS dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan.
b.
Memperoleh
cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan pembangunan.
c.
Memperoleh
pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi swadaya masyarakat sehingga
mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
d.
Terbentuknya
kader-kader kesehatan dalam masyarakat sehingga terjamin kelanjutan upaya
pembangunan kesehatan.
e.
Memperoleh
manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan program dan proyek
pembangunan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
3.
Perguruan Tinggi
a.
Memperoleh
umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa dengan proses pembanguan di
tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu
yang ada di Perguruan Tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata
pembangunan kesehatan.
b.
Dapat
menelaah dan merumuskan keadaan / kondisi nyata masyarakat yang berguna bagi pengembangan
IPTEKS, serta dapat mendiagnosa secara tepat kebutuhan masyarakat sehingga
IPTEKS yang diamalkan dapat sesuai dengan tuntutan nyata.
c.
Meningkatkan,
memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi serta departemen lain
melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang melakukan KKN.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM LOKASI
A. Keadaan Geografis
1. Letak Geografis dan
Batas Wilayah Kecamatan
Kecamatan Turatea merupakan salah
satu dari 11 kecamatan di kabupaten Jeneponto dengan luas wilayah 53,76 km2
yang berbatasan dengan Kecamatan Kelara di sebelah utara, Kecamatan Batang di
sebelah timur, Kecamatan Bonto Ramba di sebelah Barat dan Kecamatan Binamu di
sebelah selatan.
Sebanyak 11 Desa/Kelurahan di
Kecamatan Turatea merupakan bukan daerah pantai dengan topografi atau
ketinggian dari permukaan laut yang sama.
Menurut jaraknya, maka letak
masing-masing Desa/Kelurahan ke ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten sangat bervariasi. Jarak Desa/Kelurahan ke
ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten berkisar 1-17 km.Untuk jarak terjauh
adalah Jombe yaitu sekitar 17 km dari ibu kota kecamatan (Paitana), sedangkan
jarak terdekat adalah Desa Paitana.
2. Letak Geografis dan
Batas Wilayah Desa Kayuloe Barat
Desa Kayulo Barat merupakan satu
dari 11 desa di Kecamatan Turatea dengan luas 6,77 km2 (12,59 %) yang
berbatasan dengan desa Pa’rasangan Beru di sebelah utara, Desa Kayuloe Timur di
sebelah timur, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Empoang Utara
kecamatan Binamu dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Jombe.
3. Letak Geografis dan
Batas Wilayah Kerja Puskesmas Bontomatene
Puskesmas Bontomatene tepatnya di
Desa Bontomatene merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Jeneponto
yang terletak di wilayah Kecamatan Turatea. Berjarak 12 km dari kota Jeneponto.
Wilayah kerja Puskesmas Bontomatene
memiliki batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara :
Kecamatan Kelara
b. Sebelah Timur :
Kecamatan Batang
c. Sebelah Selatan :
Kecamatan Binamu
d. Sebelah Barat : Kecamatan
Bontoramba
Wilayah kerja
Puskesmas Bontomatene membawahi 6 desa.
Adapun desa tersebut adalah:
1)
Kayuloe Barat
2)
Kayuloe Timur
3)
Pa’rasangan Beru
4)
Bontomatene
5)
Paitana
6)
Langkura
Secara rinci
wilayah kerja Puskesmas Bontomatene dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1
Distribusi
Wilayah Kerja Puskesmas Bontomatene
Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010
DESA
|
LUAS WILAYAH
(KM)
|
Kayuloe Barat
|
6,77
|
Kayuloe Timur
|
2,77
|
Pa’rasangan Beru
|
1,57
|
Bontomatene
|
4,76
|
Paitana
|
5,55
|
Langkura
|
4,16
|
Bungun Loe
|
|
Jumlah
|
Sumber : Puskesmas,
2010
Luas wilayah kerja Puskesmas
Bontomatene adalah 25,58 KM2
4. Keadaan Iklim
Hasil pencatatan hari hujan dan
curah hujan di Kecamatan Turatea menunjukkan jumlah rata-rata hari hujan selama
setahun sebanyak 9 hari sedangkan curah hujan sebanyak 161 mm.
B. Keadaan Demografis
1. Jumlah Penduduk
Kecamatan Turatea
Kurun waktu tahun 2005-2008 jumlah
penduduk Kecamatan Turatea meningkat setiap tahun, hasil registrasi pada table 2
nampak bahwa jumlah penduduk akhir tahun 2005 sekitar 28.982 jiwa, sedangkan
terakhir tahun 2006 sekitar 28.727 jiwa, 2007 sekitar 28.878 jiwa dan pada
tahun 2008 naik menjadi 29.018 jiwa.
Tabel 2
Penduduk
Kecamatan Turatea Menurut Desa/Kel., Sex, Sex Ratio
Kecamatan
Turatea Kabupaten Jeneponto
Tahun 2008
Desa/Kelurahan
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
Sex
Rasio
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
Kayulue
Barat
|
1.196
|
1.299
|
2.495
|
92
|
Bontomatene
|
1.733
|
1.862
|
3.595
|
93
|
Paitana
|
1.847
|
2.075
|
3.922
|
89
|
Mangepong
|
1.268
|
1.325
|
2.593
|
96
|
Bululoe
|
2.079
|
2.272
|
4.351
|
92
|
Jombe
|
1.092
|
1.220
|
2.312
|
90
|
Kayuloe
Timur
|
569
|
606
|
1.175
|
94
|
Parasangang
Beru
|
617
|
765
|
1.382
|
81
|
Bungungloe
|
1.449
|
1.551
|
3.000
|
93
|
Langkura
|
1.190
|
1.238
|
2.428
|
96
|
Tanjonga
|
888
|
877
|
1.765
|
101
|
Jumlah
|
13.928
|
15.090
|
29.018
|
92
|
Sumber: Registrasi Penduduk Akhir 2008
Berdasarkan jenis kelamin nampak
bahwa jumlah penduduk laki-laki sekitar 13.928 jiwa dan perempuan sekitar
15.090 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin adalah sekitar 92 yang berarti
setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat sekitar 92 orang penduduk
laki-laki.
2. Jumlah Penduduk Desa
Kayuloe Barat
Jumlah penduduk Desa Kayuloe Barat
yang tersebar di masing-masing Dusun yaitu Dusun Bontoa, Dusun Batu Tarang,
Dusun Pa’bentengan, Dusun Je’netallasa dan Dusun Sampeang. Berikut dalam tabel
3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin:
Tabel 3
Jumlah Penduduk
Menurut Jenis Kelamin
Desa kayuloe
Barat Kec. Turatea
Kab. Jeneponto
Tahun 2009
Dusun
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
||
Bontoa
|
95
|
106
|
201
|
Batu
Tarang
|
208
|
219
|
427
|
Pa’bentengan
|
219
|
240
|
459
|
Je’netallasa
|
252
|
270
|
522
|
Sampeang
|
134
|
152
|
286
|
Jumlah
|
908
|
987
|
1.895
|
Sumber: Desa
Kayuloe Barat, 2009
Berdasarkan tabel di atas,
menunjukkan bahwa pada tahun 2009 jumlah penduduk Kayuloe Barat adalah 1.895
jiwa. Ini menunjukkan bahwa Desa Kayuloe Barat merupakan salah satu desa yang
berpenduduk tinggi di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.
C. Keadaan Sosial
Ekonomi/Budaya Desa Kayuloe Barat
Penduduk Desa Kayuloe Barat merupakan
penduduk asli. Keadaan sosial ekonomi/budaya di Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea kabupaten
Jeneponto cukup beragam, mulai dari agama, pendidikan, dan mata pencaharian
penduduk.
1.
Agama
Ditinjau dari segi
agama yang dianut, maka sebagian besar/mayoritas penduduk di Desa Kayuloe Barat
adalah beragama Islam. Jumlah tempat ibadah di Desa Kayuloe Barat cukup banyak,
ini dapat kita lihat hampir setiap dusun dapat kita temukan mesjid atau
mushollah.
2.
Pendidikan
Sebagian besar
penduduk Desa Kayuloe Barat adalah sampai pada tingkat SD/Sederajat. Informasi tersebut diperoleh dari Kepala
Dusun. Hal ini menandakan bahwa dari tingkat pendidikan masyarakat bisa saja
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.
3.
Mata
Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian
penduduk di Desa Kayuloe Barat sebagian besar adalah petani karena sebagian
besar wilayah Desa Kayuloe Barat merupakan daerah pertanian yaitu lahan
produktif. 190 H, lahan irigasi 191
H dan lahan kritis 317 H.
4.
Tempat Tinggal
Tempat tinggal
masyarakat Desa Kayuloe Barat sebagian besar adalah milik sendiri. Jumlah rumah
yang ada di Desa Kayuloe Barat sebanyak 576 rumah, dengan rumah permanen
sebanyak 73 rumah, semipermanen sebanyak 296 rumah dan rumah yang sangat
sederhana berjumlah 207 rumah.
D. Status Kesehatan
Pelayanan kesehatan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Desa Kayuloe
Barat yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Bontomatene yang terletak di Desa
Bontomatene. Desa Kayuloe Barat sendiri memiliki Puskesdes/Pustu yang terdapat di Dusun Pa’bentengan. Adapun tahun terakhir tidak pernah
difungsikkan/digunakan. Ini dikarenakan pernah terjadi kasus pencurian
dipuskesdes tersebut sehingga tenaga kesehatannya pindah dari puskesdes
tersebut ke Rumah Dinas SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan.
Masyarakat kayuloe
Barat sudah menggunakan pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Bontomatene atau
Tenaga Bidan yang ada di Desa Kayuloe Barat. Meskipun masih ada kepercayaan
terhadap tenaga Dukun dalam hal upaya penyembuhan penyakit. Adapun data tentang
status kesehatan berikut ini:
1.
Morbiditas
Berdasarkan data sekunder dari
Puskesmas Bontomatene, diperoleh data angka kesakitan (morbidity) di Puskesmas Bontomatene. Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Angka Morbiditas 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Bontomatene
Menurut Jenis Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah
Kec. Turatea Kab. Jeneponto
Tahun 2010
Jenis Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
Muskuloskeletal
|
62
|
14,7
|
Infeksi Akut Lain Saluran Peernapasan
Atas
|
62
|
14,7
|
Batuk
|
56
|
13,2
|
ISPA
|
55
|
12,9
|
Diare
|
48
|
11,3
|
Anemia nonspesifik
|
38
|
9
|
Dermatitis
|
35
|
8,2
|
Gastritis
|
26
|
6,1
|
Hipertensi
|
22
|
5,2
|
Penyakit kulit akibat infeksi
|
20
|
4,7
|
Jumlah
|
424
|
100
|
Sumber: Puskesmas Bontomatene, 2010
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa dari
10 penyakit terbesar yang di derita terbanyak pasien Jmkesda menderita penyakit
Muskolokeletal dan Infeksi Akut Lain Saluran Pernapasan Atas sebanyak
62 (14,7 %) dari 100 jumlah pasien sedangkan yang terendah diderita adalah penyakit
kulit akibat infeksi sebesar 20 atau sekitar 4,7 %.
Tabel 5
Angka Morbiditas 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Bontomatene
Menurut Jenis Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Kec. Turatea Kab. Jeneponto
Tahun 2010
Jenis Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
ISPA
|
131
|
16,2
|
Penyakit Otot Dan Jaringan Ikat
|
120
|
14,9
|
Dermatitis
|
90
|
11,2
|
Batuk
|
79
|
9,8
|
ISPA
|
77
|
9,5
|
Anemia Nonspesifik
|
74
|
9,2
|
Penyakit Kulit Akibat Infeksi
|
73
|
9,1
|
Gastritis
|
60
|
7,4
|
Diare
|
56
|
6,9
|
Rematik
|
47
|
5,8
|
Jumlah
|
807
|
100
|
Sumber: Puskesmas Bontomatene, 2010
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa dari
10 penyakit terbesar yang di derita terbanyak pasien Jamkesmas menderita
penyakit ISPA sebanyak 131 (16,2 %)
dari 807 jumlah pasien sedangkan yang terendah diderita adalah penyakit Reumatik sebesar 47 atau sekitar 5,8 %.
Tabel 6
Angka Morbiditas 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Bontomatene
Menurut Jenis Pelayanan Asuransi Kesehatan
Kec. Turatea Kab. Jeneponto
Tahun 2010
Jenis Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
|
Infeksi Akut Lain Saluran Pernapasan
Atas
|
33
|
18,7
|
|
Batuk
|
23
|
13,0
|
|
Penyakit Otot Dan Jaringan Ikat
|
22
|
12,4
|
|
Dermatitis
|
21
|
11,9
|
|
Rematik
|
19
|
10,7
|
|
Hipertensi
|
19
|
10,8
|
|
ISPA
|
12
|
6,8
|
|
Sakit Kepala
|
10
|
5,6
|
|
Anemia Nonspesifik
|
10
|
5,6
|
|
Diare
|
8
|
4,5
|
|
Jumlah
|
177
|
100
|
Sumber: Puskesmas Bontomatene, 2010
Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa dari
10 penyakit terbesar yang di derita terbanyak pasien Pelayanan Asuransi
kesehatan menderita penyakit Infeksi Akut Lain Saluran Pernapasan Atas sebanyak
33 (18,7 %) dari 177 jumlah pasien sedangkan yang terendah diderita adalah penyakit
Diare sebesar 8 atau sekitar 4,5 %.
2.
Mortalitas dan
Morbiditas
Tabel
7
Distribusi
Frekuensi Penduduk Menurut Jumlah Kelahiran Dan Kematian
Desa
Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten
Jeneponto
Tahun
2010
Jenis
Kelamin
|
Kelahiran
|
%
|
Kematian
|
%
|
Laki-Laki
|
12
|
54,55
|
4
|
50,00
|
Perempuan
|
10
|
45,45
|
4
|
50,00
|
Jumlah
|
22
|
100
|
8
|
100
|
Sumber: Desa Kayuloe Barat, 2008
Dari
tabel diatas menunjukkan jumlah kelahiran dan kematian tahun 2008. Dari setiap
22 kelahiran, terdapat 8 yang meninggal. Jumlah kelahiran terdapat pada jenis
kelamin laki-laki yaitu sebesar 54,55 % atau sekitar 12 kelahiran. Sedangkan
jumlah kematian seimbang pada laki-laki dan perempuan yaitu 50 % (4) kematian.
3. Fasilitas Kesehatan di
Desa Kayuloe Barat
Tabel
8
Distribusi
frekuensi Menurut Fasilitas Kesehatan
Desa
Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten
Jeneponto
Tahun
2010
Fasilitas
Kesehatan
|
Frekuensi
|
%
|
Rumah
Sakit
|
0
|
0
|
Puskesmas
|
0
|
0
|
Pustu
|
1
|
16,6
|
Posyandu
|
5
|
83,4
|
Toko
Obat
|
0
|
0
|
Jumlah
|
6
|
100
|
Sumber: Desa Kayuloe Barat, 2008
Tabel
tersebut menjelaskan jumlah sarana kesehatan yang ada di Desa Kayuloe Barat.
Jumlah Posyandu yang ada sebanyak 5 atau
sekitar 83,4 %.
Status
kesehatan masyarakat Desa Kayuloe Barat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1.
Faktor
Lingkungan
Desa Kayuloe
Barat memiliki daerah perbukitan dan dataran. Sesuai dengan keadaan lingkungan
kebanyakan dusun di Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea adalah daerah daratan.
Pekarangan banyak dimanfaatkan untuk menanam bunga, sayur, buah, dan memelihara
hewan ternak.
Lingkungan
fisik Desa Kayuloe Barat terbagi atas 5 (Lima) Dusun yaitu : Dusun Sampeang,
Dusun Je’netallasa, Dusun Bontoa, Dusun Batu Tarang dan Dusun Pa’bentengan.
Kepemilikan
tempat sampah yang memenuhi syarat di Desa Kayuloe Barat masih relatif
rendah, sebagian besar masyarakat cenderung
membuang sampah ke sembarang tempat atau di pekarangan rumah kemudian dibakar.
Keadaan di
atas dapat memicu timbulnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh
kebiasaan-kebiasaan penduduk setempat misalnya diare dan muntaber.
2.
Faktor
Perilaku
Secara umum
masyarakat Desa Kayuloe Barat sudah mengetahui tentang perilaku sehat dan manfaatnya
dalam kehidupan, namun hanya sebagian yang sudah menerapkannya. Beberapa perilaku tidak sehat dalam masyarakat seperti saat
melakukan persalinan, walaupun sebagian besar sudah menggunakan bantuan tenaga
kesehatan, namun masih ada yang dibantu oleh dukun.
Selain itu,
masyarakat masih sedikit yang mempunyai tempat
sampah, sebagian besar dari masyarakat tidak membuang sampah pada tempat yang memenuhi syarat kesehatan tapi
membuang sampah di sembarang tempat. Jika sampahnya sudah menumpuk kebanyakan
sampah tersebut dibakar atau ditimbun.
Penyediaan air
bersih sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan
yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Namun pembuangan air limbah juga menjadi masalah di Desa Kayuloe
Barat, Saluran pembuangan air limbah
yang dimiliki masyarakat Desa Kayuloe Barat tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Karena
kebanyakan karena pembuangan air limbahnya tanpa penampungan (di tanah).
3.
Faktor
Pelayanan Kesehatan
Untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan yaitu Puskesmas Bontomatene. Akan tetapi letak Puskesmas Bontomatene
yang relatif jauh dari Desa Kayuloe Barat mengakibatkan masyarakatnya
kadangkala enggan memeriksakan diri ke Puskesmas Bontomatene. Di Desa Kayuloe
Barat terdapat 1 Poskesdes akan tetapi tidak berfungsi.
Selain itu, Desa Kayuloe
Barat memiliki 5 Posyandu. Namun para penduduk masih sangat
jarang membawa bayi dan balita mereka ke posyandu dikarenakan pengetahuan akan
pentingnya imunisasi masih sangat kurang.
4.
Faktor
Genetik
Menurut
informasi yang diperoleh faktor genetik yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat setempat yaitu pada kasus
penyakit hipertensi yang merupakan penyakit dengan tingkat kesakitan yang
tinggi (jumlah penderita relatif tinggi). Selain penyakit hipertensi, penyakit
rematik juga banyak di derita oleh masyarakat di Desa Kayuloe Barat khususnya
yang berusia lanjut.
BAB
III
HASIL
PELAKSANAAN KEGIATAN
A.
Persiapan
Observasi
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan (KKN-PK) angkatan 35
diterima di Kantor Bupati Jeneponto pada hari kamis, 01 Juli 2010 pukul 13.00
wita. Mahasiswa tiba di lokasi KKN yaitu di Desa Kayuloe Barat Kecaamatan
Turatea Kabupaten Jeneponto pada hari Kamis, 01 Juli 2010. Posko KKN-PK
bertempat di Rumah Kepala Desa Kayuloe Barat di Sekke Dusun Je’netallasa Desa
Kayuloe Barat Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.
Merumuskan prioritas masalah dalam
masyarakat diperlukan data sekunder dan primer. Oleh karena itu, kami
melaksanakan persiapan observasi yang
dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 2010. Persiapan observasi yang dilakukan meliputi pertemuan
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan perangkat-perangkat desa serta
instansi terkait. Selain itu dilakukan juga penyusunan rencana kegiatan
observasi dan mempersiapkan pengumpulan
data baik primer maupun sekunder. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam
pelaksanaan observasi yang akan dilaksanakan.
B. Observasi
Lapangan
Observasi lapangan merupakan
kegiatan yang dilaksanakan sebelum membuat dan melaksanakan program kerja. Observasi lapangan dilakukan pada minggu pertama
sebelum melakukan pendataan dan sebelum menyusun program kerja. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 1 s/d 7 Juli 2010.
Observasi dilakukan
dengan pengumpulan data sekunder, mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan
serta penyusunan prioritas masalah. Observasi sekunder dilakukan dengan
pengumpulan data di Poskesmas Bontomatene dan Kantor Desa melalui wawancara dengan Kepala Desa dan dengan melihat profil desa.
Observasi
lapangan ini bertujuan selain
mengetahui karakteristik lokasi KKN-PK juga untuk bersosialisasi
dengan masyarakat, mengenal wilayah kerja, dan untuk memperoleh informasi
langsung dari Tokoh Masyarakat, Kepala Dusun, Tokoh Agama, Kepala Puskesmas,
Bidan Desa, para Kader dan Masyarakat tentang masalah-masalah kesehatan yang
ada di Desa Kayuloe Barat.
C. Program
Kerja
Program kerja disusun berdasarkan
prioritas masalah kesehatan yang ada di Desa Kayuloe Barat. Prioritas masalah
didapatkan dengan melakukan pendataan, pemetaan dan observasi di setiap rumah yang
ada di Desa Kayuloe Barat.
Program kerja yang telah disusun
diseminarkan pada seminar program kerja
yang dilaksanakan pada tanggal 08 Juli 2010 yang dilaksanakan di Kantor
Desa Kayuloe Barat. Program kerja
yang telah diseminarkan dilaksanakan dari tanggal 12 sampai
dengan 05 Juli 2010. Setelah program kerja dilaksanakan, hasilnya
diseminarkan pada seminar evaluasi bulan I yang juga dilakukan di Kantor Desa Kayuloe Barat pada tanggal 06 Agustus 2010.
Program kerja yang
belum terlaksana dan program kerja tambahan dilaksanakan tanggal 08 Agustus sampai dengan 22 Agustus 2010. Hasil dari program kerja tersebut
kemudian diseminarkan pada
seminar evaluasi akhir tanggal 25 Agustus 2010 di Kantor Desa Kayuloe Barat. Seminar yang dilakukan baik seminar program kerja,
seminar evaluasi bulan I maupun seminar evaluasi akhir melibatkan pemerintah
setempat (kelurahan dan kecamatan), puskesmas, tokoh masyarakat, tokoh agama,
pemuda, kader dan anggota masyarakat.
Adapun program
kerja yang akan dilaksanakan termasuk program tambahan usulan dari warga
masyarakat Desa Bonto Lojong adalah
:
C.1. Intervensi
Non Fisik
1.
Penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD
2.
Penyuluhan
Bahaya Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza).
3.
Penyuluhan TOGA (Tanaman Obat
Keluarga)
4. Penyuluhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Saat
Menggunakan Pestisida.
5.
Penyuluhan Imunisasi & KIA
6.
Penyuluhan Penggunaan Obat Secara Benar
7.
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
8.
Penyuluhan Garam
Keluarga Beryodium (GKY)
C.2
Intervensi Fisik
1. Pemeriksaan Mata
2.
Praktek Cuci Tangan Dan Sikat Gigi Massal Di SD
3
Pelatihan Dokter Kecil
4
Pemeriksaan Kesehatan
5.
Pembagian Poster
6. Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
7. Pengadaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
8. Survay Jamban
D. Pelaksanaan
Program Kerja
D.1 Intervensi Non Fisik
Program kerja disusun berdasarkan
prioritas masalah kesehatan yang ada di Desa Kayuloe Barat. Prioritas masalah
didapatkan dengan melakukan pendataan, pemetaan dan observasi di setiap rumah yang
ada di Desa Kayuloe Barat.
Program kerja yang telah disusun
diseminarkan pada seminar program kerja
yang dilaksanakan pada tanggal 08 Juli 2010 yang dilaksanakan di Kantor
Desa Kayuloe Barat. Program kerja
yang telah diseminarkan dilaksanakan dari tanggal 12 sampai
dengan 05 Juli 2010. Setelah program kerja dilaksanakan, hasilnya
diseminarkan pada seminar evaluasi bulan I yang juga dilakukan di Kantor Desa Kayuloe Barat pada tanggal 06 Agustus 2010.
Kegiatan intervensi nonfisik
selama menjalani kegiatan Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan di Desa Kayuloe
Barat Kecamatan Turatea dilakukan dalam bentuk penyuluhan dan sosialisasi.
Indikator keberhasilan yaitu sejumlah masyarakat yang hadir pada saat diadakan
penyuluhan dan sosialisasi serta peningkatan pengetahuan setelah dilakukan pre
dan post test.
Selama kegiatan intervensi
nonfisik yang dilaksanakan selama berada di lokasi KKN-PK adalah:
1.
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD
a.
Bentuk
kegiatan
Penyuluhan yang dilakukan
dalam bentuk interaktif dengan anak-anak Sekolah Dasar yang ada di Desa Kayuloe Barat. Penyuluhan difokuskan
untuk kelas IV, V dan VI SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan, SDN Inpres No. 176
Je’netallasa dan SDN Inpres No. 174 Bontoa dikarenakan murid dikelas tersebut
lebih mudah memberikan pemahaman. Materi yang dibrikan adalah Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yaitu: Cuci Tangan, Sikat Gigi, Potong kuku, Mandi dan
membuang sampah pada tempatnya.
Tujuan umum penyuluhan ini
dilaksanakan adalah Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang perilaku hidup
bersih dan sehat di sekolah. Dan tujuan khususnya adalah agar siswa-siswi
memahami cara perilaku hidup bersih dan sehat (cara cuci tangan, kebersihan
kuku, sikat gigi, kebersihan diri dan kebersihan).
Pemberian materi menggunakan
alat Flipchart untuk memudahkan
penyampaian materi. Siswa-siswi yang yang diberikan penyuluhan sangat antusias
karena baru pertama kalinya mendapatkan materi PHBS serta adanya hadiah yang
disediakan oleh mahasiswa bagi siswa-siswi yang bisa menjawab pertanyaan dari
tim penyuluh.
Kegiatan ini kami laksanakan
pada waktu dan tempat yang berbeda, karena Sekolah yang akan diadakan
penyuluhan sebanyak 3 Sekolah. Senin, 19 Juli 2010 bertempat di SDN Inpres No.
85 Pa’bentengan pukul 09.00 - 11.00 WITA. Selasa, 20 Juli 2010 di SDN Inpres
No. 176 Je’netallasa pukul 09.00 – 11.00 WITA. Kamis, 22 Juli 2010 di SDN
Inpres No. 174 Bontoa pukul 09.00 – 11.00 WITA.
b.
Hasil
Tabel
9
Hasil
Evaluasi Penyuluhan PHBS SD di Kayuloe Barat
Desa
Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten
Jeneponto
Tahun
2010
Sekolah Dasar
|
Nilai Pre Tes
|
Nilai Post Tes
|
|||
Rata-Rata
|
%
|
Rata-Rata
|
%
|
||
SDN
Inpres No. 85 Pa’bentengan
|
81,0
|
81
|
95,5
|
95
|
|
SDN
Inpres No. 176 Je’netallasa
|
79,2
|
79
|
93,1
|
93
|
|
SDN
Inpres No. 174 Bontoa
|
81,0
|
81
|
94,1
|
94
|
|
Jumlah
|
241,2
|
241
|
282,7
|
282
|
|
Nilai Rata-Rata (%)
|
80,3
|
94
|
|||
Sumber:
Data Primer, 201 0
Berdasarkan hasil
evaluasi yang ditunjukkan tabel tersebut, bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
dari 80,3 % menjadi 94 % setelah penyuluhan, setelah persentase tersebut dirata-ratakan.
Penyuluhan ini dihadiri oleh 36 siswa SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan, 35 siswa
SD Inpres No. 176 Je’netallasa, dan 37 siswa
SDN Inpres No. 174 Bontoa.
2.
Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (Napza).
a.
Bentuk
kegiatan
Penyuluhan yang dilakukan
dalam bentuk interaktif dengan siswa-siswi SMP 4 Turatea dan MTS Annisa
Je’netallasa Desa Kayuloe Barat. Materi
yang diberikan adalah Bahaya Penyalahgunaan Napza dan Bahaya Rokok serta dilakukan
pemutaran video bahaya rokok. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan alat LCD.
Adapun tujuan umum
pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatkan
pengetahuan siswa-siswi SMP 4 Tuaratea dan MTSs An-Nisa Je’netallasa mengenai
Napza dan bahaya rokok. Dan
tujuan khususnya yaitu siswa-siswi
dapat mengetahui tentang seluk beluk dari NAPZA dan bahaya yang dapat
ditimbulkannya yang merupakan dampak dari pemakaian napza/narkoba. Sehingga siswa-siswi
mampu mengubah keyakinan, sikap dan perilakunya untuk tidak sekali-kali
menggunakan narkoba/napza.
Kegiatan ini kami laksanakan
pada waktu dan tempat yang berbeda, karena Sekolah yang akan diadakan
penyuluhan sebanyak 2 Sekolah.
Sabtu, 24 Juli 2010 pukul
09.00-11.00 WITA bertempat di SMP 4 Turatea dan pukul 11.30 – 13.00 WITA
bertempat di MTS Annisa Je’netallasa Desa Kayuloe Barat.
b.
Hasil
Tabel
10
Hasil
Evaluasi Penyuluhan Napza Di tingkat SMP
Desa
Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten
Jeneponto
Tahun
2010
Sekolah Menengah
|
Nilai Pre Tes
|
Nilai Post Tes
|
|||
Rata-Rata
|
%
|
Rata-Rata
|
%
|
||
SMP
4 Turatea
|
62,0
|
62
|
82,0
|
82
|
|
MTSs
An-Nisa Je’netallasa
|
76,0
|
76
|
92,0
|
92
|
|
Jumlah
|
138
|
138
|
174
|
174
|
|
Rata-Rata (%)
|
69
|
87
|
|||
Sumber:
Data Primer, 2010
Tabel 10 tersebut
menjelaskan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan
yaitu dari 69 % menjadi 87 % setelah penyuluhan. Penyuluhan yang dilakukan di SMP 4 Turatea
dihadiri sebanyak 36 siswa dan sebanyak 27 siswa MTSs An-Nisa Je’netallasa
hadir dalam penyuluhan tersebut.
3. Penyuluhan TOGA (Tanaman
Obat Keluarga)
a.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatannya berupa penyuluhan dan percontohan
tanaman obat keluarga kepada masyarakat desa Kayuloe
Barat.
Metode yang digunakan adalah ceramah dan Tanya jawab. Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan
membagikan Booklet yang berisikan contoh-contoh tanaman obat dan juga cara
pembuatannya pada saat penyuluhan. Adapun tanaman obat
keluarga yang disajikan pada saat penyuluhan adalah manfaat Bawang Putih,
Alang-alang, Tapak Dara, Lengkuas, Kunyit, Kencur. Sekitar 60 orang yang
mengikuti penyuluhan ini.
Tujuan umum dilakukan penyuluhan
ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penggunaan tanaman obat keluarga
(TOGA). Dan tujuan khususnya adalah agar masyarakat memahami manfaat dan cara
pembuatan tanaman obat keluarga.
Kegiatan ini dilaksanakan di
masing-masing Dusun Desa Kayuloe Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17
Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA, Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010
pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul
14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 –
16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00
WITA.
b.
Hasil
Tabel 11
Hasil Evaluasi Penyuluhan Tanaman Obat
Keluarga
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010
Dusun
|
Nilai Pre Tes
|
Nilai Pos Tes
|
||
Rata-Rata
|
%
|
Rata-Rata
|
%
|
|
Sampeang
|
70
|
70
|
97,0
|
97
|
Je’netallasa
|
15
|
15
|
80,0
|
80
|
Bontoa
|
17
|
17
|
96,0
|
86
|
Batu Tarang
|
16
|
16
|
98,0
|
98
|
Pa’bentengan
|
17
|
17
|
95,0
|
95
|
Jumlah
|
135
|
135
|
456
|
456
|
Rata-Rata (%)
|
27
|
91,2
|
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel diatas apat dilihat terjadi
peningkatan pengetahuan di masing-masing dusun. Peningkatan pengetahuan sebelum
pre tes 27 % menjadi 91,2 % setelah penyuluhan. Penyuluhan ini dihadiri 74
orang, dimana penyuluhan di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun
Je’netallasa 11 orang, Dusn Bontoa 11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun
Pa’bentengan 9 orang.
4. Penyuluhan Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Pada Saat Menggunakan Pestisida.
a.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatannya
berupa penyuluhan dan tanya jawab dengan masyarakat desa Kayuloe
Barat.
Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan
membagikan booklet.
Materi yang dibawakan pada penyuluhan APD adalah Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada saat menggunakan Pestisida.
Tujuan umum pelaksanaan
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat petani akan pentingnya APD dalam melakukan kegiatan di tempat kerja.
Dan tujuan khususnya agar masyarakat mengetahui pentingnya penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) dalam
pemakaian pestisida, Masyarakat
Desa Kayuloe Barat mengetahui cara mencegah keracunan pestisida
melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe
Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA,
Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun
Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun
Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun
Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.
b.
Hasil
Tabel
12
Hasil Evaluasi Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD)
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010
Dusun
|
Nilai Pre Tes
|
Nilai Pos Tes
|
||
Rata-Rata
|
%
|
Rata-Rata
|
%
|
|
Sampeang
|
46
|
46
|
88
|
88
|
Je’netallasa
|
51
|
51
|
95
|
95
|
Bontoa
|
70
|
70
|
98
|
98
|
Batu Tarang
|
81
|
81
|
96
|
96
|
Pa’bentengan
|
69
|
69
|
97
|
97
|
Jumlah
|
318
|
318
|
474
|
474
|
Rata-Rata (%)
|
63,6
|
94,8
|
Sumber : Data Hasil Evaluasi
Tabel
12 di atas menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah
penyuluhan. Peningkatan pengetahuan sebelum penyuluhan 63,6 % menjadi 94,8 %
setelah penyuluhan. Penyuluhan ini dihadiri 74 orang, dimana penyuluhan di
Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun Je’netallasa 11 orang, Dusn Bontoa 11
orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun Pa’bentengan 9 orang.
5. Penyuluhan Imunisasi & KIA
a.
Bentuk Kegiatan
Penyuluhan Imunisasi berupa
penyuluhan dan tanya jawab dengan masyarakat desa Kayuloe
Barat.
Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan
membagikan booklet. Materi yang diberikan
adalah Pentingnya Imunisasi dan Manfaat ASI.
Tujuan umum pelaksanaan
kegiatan ini agar meningkatkan pengetahuan
dini kepada masyarakat tentang pentingnya Imunisasi dalam kesehatan ibu dan
anak. Tujuan khusus agar masyarakat terutama ibu-ibu mengetahui secara umum
imunisasi, Memberikan
pemahaman tentang pentingnya pengawasan ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, dan
imunisasi lengkap pada bayi.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe
Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA,
Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun
Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan
pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada
tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.
b.
Hasil
Tabel 13
Hasil
Evaluasi Penyuluhan Imunisasi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Desa
Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten
Jeneponto
Tahun
2010
Dusun
|
Nilai Pre Tes
|
Nilai Pos Tes
|
||
Rata-Rata
|
%
|
Rata-Rata
|
%
|
|
Sampeang
|
15
|
15
|
98
|
98
|
Je’netallasa
|
14
|
14
|
99
|
99
|
Bontoa
|
17
|
17
|
85
|
85
|
Batu Tarang
|
16
|
16
|
98
|
98
|
Pa’bentengan
|
8
|
8
|
92
|
92
|
Jumlah
|
70
|
70
|
472
|
472
|
Rata-Rata (%)
|
14
|
94,4
|
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 13 diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan setelah diadakan post test dari 14 % menjadi 94,4%.
Penyuluhan ini juga dihadiri oleh 19 orang.
6. Penyuluhan Penggunaan Obat Secara Benar
a.
Bentuk Kegiatan
Penyuluhan penggunaan obat secara benar berupa penyuluhan dan tanya
jawab dengan masyarakat desa Kayuloe
Barat.
Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan
membagikan booklet. Materi yang diberikan
adalah Penggunaan Obat Secara Baik dan Benar.
Tujuan umum pelaksanaan
kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan
dini kepada masyarakat tentang Penggunaan Obat Secara Benar).
Dan tujuan
khususnya agar masyarakat mengetahui secara umum
cara penggunaan obat secara benar, Memberikan
pemahaman tentang pentingnya penggunaan obat secara benar.
Kegiatan ini dilaksanakan di
masing-masing Dusun Desa Kayuloe Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17
Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA, Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010
pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul
14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 –
16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00
WITA.
b.
Hasil
Tabel
14
Hasil Evaluasi Penyuluhan Penggunaan Obat
Secara Benar
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010
Dusun
|
Nilai Pre Tes
|
Nilai Pos Tes
|
||
Rata-Rata
|
%
|
Rata-Rata
|
%
|
|
Sampeang
|
89
|
89
|
99
|
99
|
Je’netallasa
|
86
|
86
|
99
|
99
|
Bontoa
|
97
|
97
|
100
|
100
|
Batu Tarang
|
94
|
94
|
75
|
75
|
Pa’bentengan
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jumlah
|
466
|
466
|
473
|
473
|
Rata-Rata (%)
|
93,2
|
94,6
|
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan setelah diadakan post test dari 93,2 % menjadi 94,6 %. Penyuluhan
ini juga dihadiri oleh 19 orang. Penyuluhan ini dihadiri 74 orang, dimana
penyuluhan di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun Je’netallasa 11 orang,
Dusn Bontoa 11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun Pa’bentengan 9
orang. Penanggungjawab kegiatan
ini adalah Arnida Nasir.
7. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
a.
Bentuk Kegiatan
Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat dilakukan dengan
metode ceramah dan tanya
jawab dengan masyarakat desa Kayuloe
Barat.
Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan
membagikan booklet. Materi yang diberikan
adalah materi PHBS.
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan
ini untuk meningkatkan pengetahuan
dini kepada masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuan
khususnya agar masyarakat mengetahui secara umum Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di tatanan Rumah Tangga, Memberikan
pemahaman tentang pentingnya menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe
Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA,
Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun
Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun
Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun
Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.
b.
Hasil
Tabel
15
Hasil Evaluasi Penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010
Dusun
|
Nilai Pre Tes
|
Nilai Pos Tes
|
||
Rata-Rata
|
%
|
Rata-Rata
|
%
|
|
Sampeang
|
17
|
17
|
98
|
98
|
Je’netallasa
|
23
|
23
|
99
|
99
|
Bontoa
|
13
|
13
|
98
|
98
|
Batu Tarang
|
37
|
38
|
98
|
98
|
Pa’bentengan
|
3
|
3
|
99
|
99
|
Jumlah
|
93
|
93
|
492
|
492
|
Rata-Rata (%)
|
18,6
|
98,4
|
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan setelah diadakan post test yaitu 18,6 % sebelum
penyuluhan dan 98,4 % setelah penyuluhan. Penyuluhan ini juga dihadiri oleh 19
orang. Penyuluhan
ini dihadiri 74 orang, dimana penyuluhan di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang,
Dusun Je’netallasa 11 orang, Dusn Bontoa 11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang
dan Dusun Pa’bentengan 9 orang.
8. Penyuluhan Garam
Keluarga Beryodium (GKY)
a.
Bentuk Kegiatan
Penyuluhan garam keluarga beriodium di masyarakat dilakukan dengan metode
ceramah dan tanya
jawab dengan masyarakat desa Kayuloe
Barat.
Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan
membagikan booklet. Materi yang diberikan
adalah Manfaat Garam Beryodium.
Tujuan umum penyuluhan adalah untuk
meningkatkan pengetahuan
dini kepada masyarakat tentang Garam Beryodium. Tujuan khususnya agar
masyarakat mengetahui secara umum Pentingnya Garam Beryodium di tatanan Rumah
Tangga, Memberikan
pemahaman tentang pentingnya mengkonsumsi Garam Beryodium.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe
Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA,
Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang
pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada
tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada
tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.
b.
Hasil
Tabel
16
Hasil Evaluasi Penyuluhan Garam Keluarga
Beryodium
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010
Dusun
|
Nilai Pre Tes
|
Nilai Pos Tes
|
||
Rata-Rata
|
%
|
Rata-Rata
|
%
|
|
Sampeang
|
69
|
69
|
99
|
99
|
Je’netallasa
|
59
|
59
|
98
|
98
|
Bontoa
|
74
|
74
|
100
|
100
|
Batu Tarang
|
69
|
69
|
97
|
97
|
Pa’bentengan
|
62
|
62
|
93
|
93
|
Jumlah
|
333
|
333
|
487
|
487
|
Rata-Rata (%)
|
66,6
|
97,4
|
Sumber:
Data Primer, 2010
Tabel 16 tersebut menjelaskan bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan yaitu sebelum penyuluhan 66,6 % dan setelah penyuluhan
meningkat menjadi 97,4 %. Penyuluhan ini dihadiri 74 orang, dimana penyuluhan
di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun Je’netallasa 11 orang, Dusun Bontoa
11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun Pa’bentengan 9 orang.
D.2 Intervensi
Fisik
Beberapa kegiatan intervensi fisik yang
dilaksanakan selama berada di lokasi KKN-PK adalah
1. Pemeriksaan Mata
a.
Bentuk Kegiatan
Pemeriksaan mata dilakukan dengan
memeriksa langsung mata responden (pemeriksaan visus) dengan mengatangi
langsung rumahnya (Door To Door.) Cara
pengambilan sampel menggunakan metode Sampling
Random. Setelah dilakukan pemeriksaan mata, dilanjutkan dengan memberikan
penjelasan tentang kondisi mata yang telah diperiksa yang selanjutnya dilakukan
pendataan bagi responden yang telh diperiksa.
Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk memeriksa mata masyarakat Desa
Kayuloe barat. Adapun tujuan khususnya adalah untuk mengetahui kondisi kondisi
matanya serta untuk Meningkatkan kepeduliannya agar menjaga kebersihan mata.
Kegiatan ini dilaksanakan di
Desa Kayuloe Barat pada tanggal 09-12 Juli 2010 pada pukul 10.00 WITA.
b.
Hasil
Tabel 17
Hasil
Pendataan dan Pemeriksaan Mata
Desa
Kayuloe Barat Kec. Turatea
Kabupaten
Jeneponto
Tahun
2010
Hasil Pemeriksaan
|
Frekuensi
|
%
|
Pteregium
|
25
|
71,4
|
Katarak
|
2
|
5,71
|
Parut
Sikatriks
|
0
|
0
|
Juling
|
0
|
0
|
Sumber:
Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel diatas
menjelaskan bahwa terdapat 71 % atau sekitar 25 orang yang terkena Pteregyum
dari 35 orang. Pada pemeriksaan mata menunjukkan yang telah diperiksa matanya
sejumlah 35 orang.
2. Praktek Cuci Tangan Dan
Sikat Gigi Massal Di SD
a.
Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini
dilakukan dengan mengadakan demo sikat gigi dan cuci tangan yang diikuti oleh siswa-siswi kelas IV, V dan
V SD Inpres 85 Pa’bentengan, SD Inpres 176 Je’netallasa, SDN 174 Bontoa. Sebelum dilakukan demo sikat
gigi dan cuci tangan terlebih dahulu diberikan penyuluhan tentang cara sikat
gigi dan cuci tangan yang baik dan benar.
Tujuan umum kegiatan ini
adalah untuk menciptakan perilaku hidup
bersih dan sehat di sekolah. Tujuan khususnya untuk mengajar anak-anak cara
perilaku hidup bersih dan sehat, mengajarkan cara cuci tangan, kebersihan kuku,
sikat gigi, kebersihan diri dan kebersihan. Sehingga paham dan mengerti cara sikat gigi dan cuci tangan yang baik dan benar.
Kegiatan ini kami laksanakan
pada waktu dan tempat yang berbeda, karena Sekolah yang akan diadakan
penyuluhan sebanyak 3 Sekolah.
Kegiatan ini kami laksanakan
pada waktu dan tempat yang berbeda, karena Sekolah yang akan diadakan penyuluhan
sebanyak 3 Sekolah. Senin, 19 Juli 2010 bertempat di SDN Inpres No. 85
Pa’bentengan pukul 09.00 - 11.00 WITA. Selasa, 20 Juli 2010 di SDN Inpres No.
176 Je’netallasa pukul 09.00 – 11.00 WITA. Kamis, 22 Juli 2010 di SDN Inpres
No. 174 Bontoa pukul 09.00 – 11.00 WITA.
b.
Hasil
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan penyuluhan sehingga
siswa-siswi yang telah menerima materi cuci tangan dan sikat gigi langsung
diintruksikan untuk melakukan praktek cuci tangan. Praktek cuci tangan diikuti
lebih dari 50 siswa yang terbagi di tiga sekolah yang berbeda serta praktek
sikat gigi diikuti 30 siswa yang terbagi di tiga sekolah.
3
Pelatihan
Dokter Kecil
a.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan
pelatihan dokter kecil berupa pelatihan – pelatihan dasar dari perilaku hidup
sehat. Pelatihan yang akan dilakukan adalah:
1.
Keterampilan Pertolongan Pertama pada Penyakit Diare
2.
Keterampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) meliputi: Mata, Telinga,
Hidung, Perdarahan Gusi dan Kantung Gigi, Perlukaan
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini
adalah untuk melatih
siswa-siswi untuk menjadi dokter kecil. Tujuan khususnya yaitu untuk membentuk
dokter kecil di masing-masing sekolah dan memiliki keterampilan khusus dalam
menerapkan pola sehat di sekolah.
Kegiatan ini kami laksanakan
pada waktu dan tempat yang sama, karena murid yang akan dilakukan pelatihan
adalah perwakilan dari sekolah sehingga memungkinkan diadakan di satu tempat
yaitu SDN Inpres no. 85 Pa’bentengan pada tanggal 3 sampai 11.30 WITA.
b.
Hasil
Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan
demo dari tugas dokter kecil yang diikuti oleh perwakilan masing-masing sekolah
yaitu siswa-siswi kelas IV, V dan VI SD Inpres 85 Pa’bentengan, SD Inpres 176
Je’netallasa, SDN 174 Bontoa.
Selanjutnya dilakukan pembekalan khusus dengan melakukan demonstrasi merawat
orang sakit. Kegiatan ini diikuti 18 siswa-siswi
dengan masing-masing perwakilan 6 siswa-siswi setiap sekolah
4
Pemeriksaan
Kesehatan
a.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan
yang dilakukan pada kegiatan ini adalah pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan
kesehatan, dan pemberian obat secara gratis kepada masyarakat Desa Kayuloe
Brata yang mengikuti kegiatan ini.
Tujuan umum kegiatan ini untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Tujuan khususnya untuk memberikan pelayanan
kesehatan terhadapat masyarakat berupa pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan
gratis
Kegiatan ini kami laksanakan
pada tanggal 02 Juli 2010 pukul 11.00 sampai 13.00.
b.
Hasil
Tabel 18
Hasil Pemeriksaan
Kesehatan Masyarakat
Desa Kayuloe Barat Kec. Turatea
Kabupaten
Jeneponto
Tahun
2010
Jenis Penyakit
|
Frekuensi
|
%
|
|
Dispepsia
|
2
|
2
|
|
Gastritis
|
14
|
14
|
|
Myalgia
|
15
|
15
|
|
Reumatoid
Arthritis
|
14
|
14
|
|
Hipertensi
|
15
|
15
|
|
Common
Cold
|
4
|
4
|
|
Febris
|
4
|
4
|
|
Diabetes
Mellitus
|
2
|
2
|
|
Nyeri
Kepala
|
6
|
6
|
|
Batuk
|
3
|
3
|
|
Pterigium
|
2
|
2
|
|
Dermatitis
Alergi
|
4
|
4
|
|
Cephalgia
|
3
|
3
|
|
Caries
Gigi
|
2
|
2
|
|
Tuberculosis
|
1
|
1
|
|
Asma
|
1
|
1
|
|
Hipotensi
|
1
|
1
|
|
Disentri
|
1
|
1
|
|
Candidiasis
|
1
|
1
|
|
Tonsilitis
|
1
|
1
|
|
Anemia
|
1
|
1
|
|
Insomnia
|
1
|
1
|
|
Vertigo
|
1
|
1
|
|
Malaise
|
1
|
1
|
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Sumber:
Data Primer, 2010
Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa penyakit terbanyak setelah dilakukan pemeriksaan adalah
Hipertensi dan myalgia yaitu sekitar 15 %.
5. Pembagian Poster
a.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini adalah membagikan poster kepada masing-masing sekolah
yang di Desa Kayuloe Barat. Materi poster yang diberikan antara SD dan SMP
berbeda, sesuai dengan materi penyuluhan yang pernah dilakukan. Poster untuk SD
berisikan materi PHBS sedangkan materi poster untuk SM adalah Bahaya Napza dan
bahaya Rokok.
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman
PHBS kepada pelajar SMP dan SD Kayuloe Barat. Tujuan khususnya yaitu untuk
mengetahui dan mampu mempraktekkann PHBS dikehidupan sehari-hari
Waktu dan Tempat: 02 – 04 Agustus, SDN
85,Pa’bentengan, SDN 176 Je’netallasa, SDN 174 Bontoa, SMP 4, MTS Annisa.
materi poster yang diberikan adalah poster PHBS untuk sekolah dasar dan poster Napza dan rokok untuk SMP/MTS.
b. Hasil
Jumlah poster yang dibagikan sebanyak sepuluh poster. Enam poster PHBS
untuk SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan, SDN Inpres No. 176 Je’netallasa, SDN
Inpres 174 Bontoa. Sedangkan poster untuk SMP 4 Turatea dan MTSs Annisa
Je’netallasa masing-masing dua poster yaitu Napza dan bahaya rokok.
6. Penanaman Tanaman Obat
Keluarga (TOGA)
a.
Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan kerja sama masyarakat terutama warga yang
ditempati halaman rumahnya untuk dijadikan (ditanami) tanaman obat keluarga
percontohan. Tujuan umumnya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan TOGA di pekarangan
rumah. Tujuan khususnya untuk memaksimalkan fungsi pekarangan rumah yang
dimiliki warga Kayuloe Barat.
Penanaman dilakukan di
Dusun Batu Tarang di rumah kader kesehatan pada hari Minggu, 1 Agustus 2010
pukul 10.00-12.00 WITA. Dusun Sampeang di rumah kepala dusun pada hari Kamis, 29 Juli 2010 pukul
15.00-16.00 WITA. Dusun Bontoa di rumah Krg. Lantibone DG. Gowa pada hari Selasa,
03 Agustus 2010 pukul 15.00-16.00 WITA. Dusun Je’netallasa di rumah Yayasan
Panti Asuhan pada hari Selasa, 03 Agustus 2010 pukul 15.00-16.00 WITA.
b.
Hasil
Jenis tanaman yang
ditanam di Dusun Batu Tarang adalah Kumis Kucing, Patihan Kerbau, Miana, Cocor
Bebek. Dusun Sampeang adalah Sambiloto, Patikan Kerbau, Cocor Bebek, Rosella, Bayam Duri, Tapak Dara,Tapak Liman.
Dusun Bontoa adalah Patikan Kerbau, Cocor Bebek, Tapak Dara. Serta Dusun
Je’netallasa adalah Patikan Kerbau, Cocor Bebek, Rosella, Miana, Bayam Duri,
Tapak Dara, Tapak Liman.
7. Pengadaan
Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
a.
Bentuk
Kegiatan
Bentuk kegiatan ini adalah pengadaan unit kesehatan sekolah (UKS)
yaitu perlengkapan dasar P3K dimasing-masing sekolah yang ada di Desa Kayuloe
Barat. Perlengkapan dasar tersebut dibagikan ke rumah masing-masing kepala
sekolah. Hal ini dikarenakan, adanya libur. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini
adalah agar setiap sekolah memiliki perlengkapan dasar UKS.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Agustus 2010 di rumah
kepala sekolah masing-masing.
b.
Hasil
Kegiatan tersebut telah
dilaksanakan dengan membagikan perlengkapan dasar P3K yaitu kapas, perban, plaster, obat merah, rivanol.
8.
Survey Jamban
c.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini adalah survey door
to door dengan menanyakan kepemilikan jamban. Proses survey dilakukan
dengan membagi tim dengan harapan kegiatan tersebut bisa diselesaikan dengan
cepat. Tujuan dari kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui masyarakat yang
memiliki jamban. Kegiatan ini dilaksanakan 15-19 Agustus 2010 di Desa Kayuloe
Barat
d.
Hasil
Tabel
19
Distribusi
Kepemilikan Jamban Rumah Tangga
Desa
Kayuloe Barat Kec. Turatea
Kab.
Jeneponto
2010
Dusun
|
Kepemilikan Jamban
|
|||||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|||
Sampeang
|
29
|
43
|
38
|
57
|
||
Je’netallasa
|
45
|
45
|
54
|
55
|
||
Bontoa
|
17
|
32
|
35
|
68
|
||
Batu Tarang
|
44
|
40
|
64
|
60
|
||
Pa’bentengan
|
19
|
34
|
36
|
66
|
||
Jumlah
|
125
|
39
|
189
|
61
|
||
Sumber:
Data Primer, 2010
Dari hasil survai
jamban, sekitar 125 (39 %) rumah tangga yang memiliki jamban dan sekitar 189
(61 %) rumah tangga yang tidak memiliki jamban.
E.
Faktor Pendukung dan
Faktor Penghambat
1.
Faktor
Pendukung
Selama pelaksanaan
kegiatan KKN Profesi Kesehatan di Desa Kayuloe
Barat, terdapat beberapa faktor yang
dianggap mendukung terlaksananya semua kegiatan yang telah direncanakan. Faktor
pendukung tersebut antara lain :
a)
Adanya tempat/posko yang nyaman, aman sehingga memudahkan dalam
perencanaan program/kegiatan.
b)
Adanya dukungan dari pemerintah Desa Kayuloe Barat yang memudahkan
pelaksanaan kegiatan program kerja.
c)
Adanya
dukungan dari Puskesmas Bontomatene dalam hal
pelaksanaan program kerja (waktu, tenaga, dan pengadaan obat-obatan pada
program kerja Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Gratis).
d)
Adanya
dukungan dan peran serta tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuda desa
sehingga memperlancar pelaksanaan kegiatan KKN-PK
e)
Adanya
peran serta dari pihak sekolah (SD 85 Pa’bentengan, SD 176 Je’netallasa, dan SDN174
Bontoa).
f)
Kerjasama
kelompok yang baik diantara sesama peserta KKN-PK, sehingga program kerja dapat
terlaksana dengan baik.
2.
Faktor
Penghambat
Selain faktor
pendukung juga terdapat beberapa faktor penghambat selama pelaksanaan kegiatan
KKN-PK di Desa Kayuloe Barat. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a)
Sebagian
besar masyarakat Desa Kayuloe Barat menggunakan bahasa Makassar dalam percakapan sehari-hari sehingga menyulitkan dalam
berkomunikasi bagi beberapa peserta KKN-PK baik pada saat pendataan maupun
penyampaian informasi kesehatan.
b)
Umumnya
masyarakat masih belum terlalu menyadari akan pentingnya kesehatan. Hal ini
dapat dilihat dari kurang maksimalnya peran serta aktif dari masyarakat dalam berbagai
kegiatan penyuluhan kesehatan.
c)
Sebagian
besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani kebun, sehingga kurang masyarakat terlibat pada proses program
berjalan karena sibuk berkebun.
d)
Sarana
komunikasi (signal telepon seluler) yang kurang lancar sehingga menghambat mobilisasi dan arus informasi baik antar peserta KKN-PK,
Supervisor maupun dengan masyarakat.
e)
Iklim yang tidak tetap
yaitu musim penghujan awal bulan, sehingga memungkinkan mahasiswa KKN-PK
terhambat dalam melaksanakan program.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil kegiatan KKN-PK (Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan) yang telah
dilakukan selama 7 minggu baik intervensi fisik maupun non fisik di Desa Kayuloe
Barat, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto Tahun 2010, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Hasil
observasi telah dilaksanakan untuk merencanakan
program kerja
2.
Intervensi
yang dilakukan yaitu:
1)
Intervensi
Non Fisik
a.
Penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD
b.
Penyuluhan
Bahaya Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza).
c.
Penyuluhan
TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
d.
Penyuluhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Saat Menggunakan Pestisida.
e.
Penyuluhan Imunisasi & KIA
f.
Penyuluhan Penggunaan Obat Secara Benar
g.
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
h.
Penyuluhan Garan
Keluarga Beryodium (GKY)
2)
Intervensi Fisik
a.
Pendataan dan Pmeriksaan Mata
b.
Praktek Cuci Tangan Dan Sikat Gigi Massal Di SD
c.
Pelatihan Dokter Kecil
d. Pemeriksaan Kesehatan
e.
Pembagian Poster
f.
Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
g.
Pengadaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
h.
Survay Jamban
3.
Program kerja
terlaksana 100 % yaitu 8 program intervensi non fisik dan 8 program fisik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA