Selasa, 29 Januari 2013

FENOMENOLOGI


Ciri – Ciri Fenomenologi Sebagai Metode
  1. Fenomenolog cenderung meragukan atau menentang apa-apa yang diterima tanpa melalui telaah dan pengamatan  lebih dahulu
  2.  Fenomenolog cenderung menentang naturalisme
  3. Fenomenolog cenderung membenarkan pandangan atau persepsi pada pengertian Evidenz yaitu kesadaran tentang kebenaran sebagaimana yang diperlihatkan secaa terbuka dan jelas (apa adanya seperti itu)
  4. Fenomenolog cenderung untuk tidak hanya mempercayai obyek dalam dunia kultural dan natural, tetapi juga obyek yang ideal.
  5. Fenomenolog cenderung untuk memegang teguh prinsip bahwa peneliti harus memfokuskan diri pada apa yang disebut sebagai menemukan permasalahan sebagaimana yang diarahkan oleh objek
  6. Fenomenolog cenderung memegang prinsip bahwa deskripsi secara universal, dimana pengertian a-priori atau “eiditic” untuk menjelaskan sebab akibat, maksud ataupun latar belakang
  7. Fenomenolog cenderung mempersoalkan kebenaran atau ketidakbenaran dari penyderhanaan pengertian suatu istilah untuk menjadi sangat berguna bahkan sangat mungkin dilakukan

Sejarah Perkembangan Fenomenologi Sebagai Metode
  1. Aliran teori fenomenologi yanfg menyebar kebeberapa negara termasuk Amerika, kemudian dikembangkan untuk penelitian dalam bidang komunikasi (disebut dengan simbolisme), pendidikan musik dan agama
  2. Awal fenomenologi dicirikan sebagai “deskcriptive Phenomenology”  yaitu penelitian deskriptif untuk membuktikan dua bentuk temuan yaitu permasalahan dan objek sebagai permasalahan
  3. Pembagian terhadap dua bentuk temuan kemudian membentuk empat percabangan besar dalam metode fenomenologi yaitu;

Percabangan Metode Fenomenologi
  1. Realistic Fenomenologi  menekankan pada pencarian secara universal mengenai persoalan berbagai obyek yang meiputi tindakan manusia, motif tindakan dan nila kepribadiannya
  2. Constitutive Fenomenologi menekankan bahwa masyarakat membentuk dunianya sendiri melalui kesadaran Constitutive dan re-constitutive yang melakukan apa adanya  (take it for granted). Pandangan ini juga menyebut bahwa walaupun masyarakat memiliki seperangkat pengetahuan (Stock of Knowledge), tetapi terbukti tidak sempurna dalam interpretasi, maka selain menemukan bukti akal sehat (Stock of Knowledge) juga harus menemukan kategori dimana dunia sosial masyarakat tersebut
  3. Existensial Fenomenologi  metode ini menggunakan kehgidupan manusia sebagai cara dalam ontotlogi fundamental. OLeh sebab itu metode ini sangat peduli pada topik-topik kekerasan, konflik, kerinduan, keterbatasan, kekuasaan, kematian, gender, kebebasan dan keussateraan.
  4. Hermeneutical Fenomenologi  sebenanyrnya mengembangkan ketiga kecenderungan metode di atas, namun yang membedakan pada metode  interprertasi. Hermeneutical dalam melakukan interpretasi dalam objek penelitian selalu menaruh perhatian pada spek estetika, dan etidak filasafat manusia



PENELITIAN LAPANGAN


A.  Pendahuluan Dan Sejarah Penelitian Lapangan
Dalam bab ini, Anda akan belajar tentang penelitian lapangan, yang biasanya disebut etnografi atau observasi partisipatif. Siswa-siswa yang keluar dengan penelitian lapangan karena penelitian ini melibatkan beberapa kelompok eksotis pada populasi. Tidak mudah secara matematika atau rumit secara statistik, bukan hipotesis deduktif yang bersifat abstrak. Sebaliknya, secara langsung, face-to-face (bertatapan langsung) pada interaksi sosial dalam suatu natural setting.

KUALITATIF


Penelitian kualitatif dikembangkan melalui ilmu-ilmu sosial dan psikologi. Saat ini terdapat berbagai macam metode khusus yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, dengan tempat dan tujuan penelitian yang berbeda. Setiap metode didasarkan pada pemahaman tertentu dari objek penelitian. Namun, metode tersebut tidak dapat dianggap terpisah dari proses penelitian dan masalah yang diteliti. Metode tersebut secara khusus terdapat dalam proses penelitian dan dipahami dengan menggunakan processual perspective.
Penelitian kualitatif merupakan relevansi khusus untuk mempelajari hubungan sosial, karena dapat menemukan fakta pluralisasi dari kehidupan dunia. Kata kunci untuk pluralisasi ini adalah 'new obscurity' (Habermas, 1996), yang tumbuh  dari pola hidup yang individualis dan biografi (Beck, 1992) dan perubahan dari kesenjangan sosial yang sudah lama ke dalam keragaman yang baru, subkultur, gaya hidup dan cara hidup (Hradil, 1992). Pluralisasi ini memerlukan sensitivitas yang baru terhadap masalah studi empiris. Berkenaan dengan pluralisasi gaya hidup dan pola interpretasi dalam masyarakat modern dan postmodern, pernyataan Herbert Blumer ini menjadi relevan sekali lagi dan memiliki implikasi baru: "Salah satu kekurangan dari ilmuwan sosial dan psikolog adalah kurangnya keakraban dengan apa sebenarnya terjadi dalam lingkup kehidupan yang dipilih untuk studi '(1969, hlm. 33).
Perubahan sosial yang cepat dan diversifikasi yang dihasilkan dari kehidupan dunia merupakan masalah yang dihadapi  peneliti sosial dengan konteks sosial yang baru dan perspektif. Metodelogi dedukti dimulai dari pertanyaan penelitian kemudian dilakukan pengujian hipotesis dari model theoritical dan menguji hipotesis dengan bukti empiris. Dengan demikian, penelitian kualitatif dirancang untuk menggunakan strategi induktif: bukannya mulai dari teori kemudian dilakukan pengujian, 'konsep sensitivitas' yang diperlukan untuk mendekati konteks sosial yang akan dipelajari. Namun, bertentangan dengan masalah yang ada di kehidupan, konsep-konsep itu sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan teoritis sebelumnya. Tapi teori-teori yang dikembangkan dari studi empiris. Pengetahuan dan praktek yang dipelajari sebagai pengetahuan lokal dan praktek (Geertz, 1983).
Mengenai penelitian di bidang psikologi pada khususnya tidak memiliki relevansi untuk kehidupan sehari-hari karena tidak tepat untuk menggambarkan fakta-fakta dari kasus penelitian (Dorner, 1983). Studi bersifat subjektif dari pengalaman sehari-hari dan hasil praktek yang sangat penting untuk membuat suatu narasi (Bruner 1991; Sarbin 1986) dan wacana (Harre 1998).
Penelitian psikologi dan ilmu sosial menggunakan ilmu alam sebagai model penelitian dengan mengembangkan metode kuantitatif. Prinsip-prinsip penelitian dan perencanaan penelitian telah digunakan untuk tujuan berikut: untuk mengisolasi secara jelas antara sebab dan akibat, untuk mengoperasionalkan hubungan teoritis secara benar, untuk mengukur fenomena yang terjadi, untuk menciptakan desain penelitian memungkinkan generalisasi hasil penelitian dan merumuskan hukum yang bersifat umum .Misalnya, sampel dipilih dari populasi dengan cara acak memastikan keterwakilan dari semua populasi. Pernyataan umum yang dibuat secara mandiri merupakan kasus konkret yang telah dipelajari. Fenomena yang diamati diklasifikasikan pada frekuensi dan distribusi untuk mengklasifikasikan hubungan kausal dan validitas mereka sejelas mungkin, kondisi di mana fenomena dan hubungan yang diteliti dapat dikendalikan sejauh mungkin. Studi ini dirancang sedemikian rupa sehingga pengaruh peneliti (pewawancara, pengamat, dll) dapat dihilangkan. Ini harus menjamin objektivitas penelitian, dimana pandangan subjektif dari peneliti dapat dihilangkan. Standar umum dalam penelitian harus mampu melaksanakan dan mengevaluasi penelitian yang dirumuskan secara empiris. Langkah – langkah dalam penelitian seperti pembuatan kuesioner, cara merancang sebuah eksperimen dan cara menganalisis data statistik telah berkembang semakin halus.
Untuk waktu yang lama, penelitian psikologis memiliki desain hampir sama dengan eksklusif dan eksperimental. Melalui ini, sejumlah besar data dan hasil temuan, yang menunjukkan dan menguji hubungan antar variabel psikologis. Untuk alasan yang disebutkan di atas, untuk penelitian jangka panjang empiris harus didasarkan pada survei standar. Tujuannya adalah untuk mendokumentasikan dan menganalisis frekuensi dan distribusi fenomena sosial pada populasi. Pada tingkat lebih rendah, standar dan prosedur penelitian kuantitatif telah diperiksa dan analisis fundamental untuk memperjelas hasil dari penelitian.
Saat penelitian dilakukan dengan sasaran sosial, penelitian membuktikan hasil yang negatif. Ciri - ciri objektivitas sebagian besar telah dijelaskan oleh beberapa tokoh, yaitu Max Weber (1919) mencanangkan 'menyadarkan pemerintah dunia' sebagai tugas ilmu pengetahuan. Bonfi dan Hartmann (1985) menyatakan kekecewaan terhadap peningkatan ilmu, metode dan temuan mereka. Dalam kasus ilmu-ilmu sosial, rendahnya tingkat penerapan dan connectability dari hasil penelitian merupakan salah satu indikator. 'Pemanfaatan penelitian' (Beck dan Bonfi, 1989) telah menunjukkan bahwa temuan ilmiah tidak dimasukkan ke dalam politik dan praktek institusional seperti yang diharapkan. Ilmu tidak lagi menghasilkan "kebenaran mutlak", yang tidak kritis dapat diadopsi. Ini dapat melengkapai dalam interpretasi, yang lebih jauh dari teori sehari-hari yang digunakan relative fleksibel (1989, hlm. 31).
Hal ini juga menjadi jelas bahwa hasil ilmu sosial jarang dirasakan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari karenahasil  penyelidikan terlalu jauh dari setiap pertanyaan dan masalah sehari - hari. Di sisi lain, analisis praktek penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar dari objektivitas yang dirumuskan tidak dapat dipenuhi. Meskipun semua kontrol metodologis telah dilakukan, namun pengaruh dari latar belakang sosial dana budaya mereka tidak dapat terhindarkan. Faktor-faktor ini mempengaruhi perumusan masalah penelitian dan hipotesis serta interpretasi data dan hubungannya.
Akhirnya, kekecewaan yang Bonfi dan Hartmann memiliki konsekuensi untuk pengetahuan bahwa penelitian psikologi dan ilmu sosial berusaha untuk mampu menghasilkan: "Di bawah kondisi kekecewaan objektivis, kita tidak bisa lagi unreflectively, mulai dari gagasan kalimat obyektif yang benar. Yang tersisa adalah possibility laporan yang terkait dengan situasi, dan konsep sosiologis diartikulasikan sebagai pengetahuan yang harus  membangun '(1985, hlm. 21). Rumusan pertanyaan beralasan secara empiris seperti subjek dan situasi pernyataan terkait merupakan tujuan yang dapat dicapai dengan penelitian kualitatif.
Ide-ide sentral membimbing penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Fitur penting dari penelitian kualitatif (Kotak 1.1) adalah pemilihan metode dan teori yang tepat, analisis perspektif yang berbeda, refleksi pada penelitian merupakan bagian dari proses produksi pengetahuan, dan berbagai pendekatan dan metode.


Dalam buku yang berpengaruh pada penelitian empiris, Bortz (1984, hlm 15-16) misalnya menunjukkan bahwa orang harus memeriksa 'kesesuaian ide untuk penyelidikan dan hanya memilih ide-ide penelitian yang dapat dipelajari secara empiris. Baginya, ide-ide eksplisit  berikut tidak masuk ke dalam kisaran ini:
ide untuk penyelidikan. . . konten filosofis (misalnya ... arti hidup) dan penyelidikan yang berhubungan dengan konsep yang tepat. . . studi tentang orang-orang yang luar biasa (misalnya masalah psikologis) atau situasi. . . Akhirnya, studi tentang relevansi kausal pada kenyataannya hanya efektif dalam kombinasi dengan faktor-faktor yang saling berpengaruh.

Menurut Bortz, kriteria untuk menilai obyek penelitian adalah apakah metode yang tersedia dapat digunakan untuk belajar atau tidak. Kasus dari suatu fenomena dapat ditemukan dengan jumlah yang cukup untuk mengukur sampel untuk studi dan temuan dapat digeneralisasikan. Jika semua studi empiris secara eksklusif dirancang sesuai dengan model hubungan sebab-akibat yang jelas, semua benda kompleks harus dieliminasi. Ini adalah solusi pertama untuk masalah menganalisa penyebab yang terdiri dari fitur yang berbeda disebutkan oleh Bortz. Solusi kedua adalah untuk mengambil kondisi kontekstual untuk memperhitungkan kompleksitas desain penelitian kuantitatif (misalnya multilevel analisis: Saldern, 1986) dan memahami model yang kompleks secara empiris dan statistik. Abstraksi metodologis diperlukan untuk memperkenalkan kembali temuan dalam situasi sehari-hari yang diteliti. Masalah mendasar bahwa studi ini hanya dapat menunjukkan apa yang mendasari model realitas yang sudah ditemukan tidak dipecahkan dengan cara ini.
Cara ketiga untuk memecahkan masalah ini dalam penelitian kualitatif: metode untuk merancang begitu terbuka bahwa harus dilakukan keadilan untuk kompleksitas obyek yang diteliti. Di sini, obyek yang diteliti adalah faktor yang menentukan untuk memilih metode dan bukan sebaliknya. Obyek tidak dikurangi menjadi variabel tunggal tetapi dipelajari dalam kompleksitas dan keseluruhan dalam konteks sehari-hari mereka. Oleh karena itu, bidang studi yang tidak situasi di laboratorium tetapi praktik dan interaksi dari subyek dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, khususnya, kejadian yang luar biasa dan orang-orang sering dipelajari untuk melakukan keadilan untuk keragaman kehidupan sehari-hari, metode yang ditandai oleh keterbukaan terhadap objek yang dijamin dengan cara yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kekurangan dari teori yang sudah terkenal (misalnya untuk teori-teori yang sudah terlebih dahulu dirumuskan) daripada untuk menemukan teori baru lebih baik mengembangkan teori-teori empiris. Validitas penelitian dinilai dengan referensi objek yang diteliti dan tidak eksklusif mengikuti kriteria abstrak ilmu pengetahuan seperti dalam penelitian kuantitatif. Sebaliknya, kriteria utama dalam penelitian kualitatif adalah apakah temuan ini didasarkan pada materi empiris dan apakah metode telah tepat dipilih dan diterapkan pada objek yang diteliti.
Contoh penelitian gangguan mental memungkinkan kita untuk menjelaskan fitur lain dari penelitian kualitatif. Studi epidemiologis menunjukkan frekuensi schizophrenia dalam populasi dengan distribusinya yang bervariasi: di kelas sosial yang lebih rendah, gangguan mental serius seperti skizofrenia terjadi jauh lebih sering daripada di kelas sosial yang lebih tinggi. Korelasi ini ditemukan oleh Hollingshead dan Redlich (1958) pada tahun 1950 dan telah dikonfirmasi berulang kali sejak saat itu. Namun, arah korelasi tidak bisa diklarifikasi: apakah kondisi hidup di kelas sosial yang lebih rendah menyebabkan terjadinya wabah dan gangguan mental, atau orang dengan masalah mental yang masuk ke dalam kelas bawah (Keupp, 1982). Selain itu, temuan ini tidak menceritakan tentang apa artinya hidup dengan penyakit mental. Baik makna subjektif dari penyakit ini (atau kesehatan) bagi mereka yang langsung bersangkutan, dan tidak pula adanya keragaman perspektif tentang penyakit dalam konteks mereka. Apa arti subjektif dari skizofrenia bagi pasien dan apa itu untuk-nya atau kerabatnya? Bagaimana orang-orang itu menderita penyakit tersebut? Apa yang telah menyebabkan penyakit dalam perjalanan hidup pasien dan apa yang telah membuatnya menjadi penyakit kronis? Apa pengaruh dari berbagai lembaga terhadap pasien dalam penanganan penyakit tersebut? Apa ide, tujuan dan rutinitas bimbinan penanganan konkret terhadap kasus ini?
Penelitian kualitatif untuk topik seperti skizofrenia harus berkonsentrasi pada pertanyaan-pertanyaan seperti ini (Flick, 1995b). Studi penelitian kualitatif merupakan pengetahuan dan praktek. Hal ini menganalisis interaksi tentang cara-cara untuk menangani skizofrenia dalam bidang tertentu. Penelitian kualitatif memperhitungkan bahwa sudut pandang dan praktik di lapangan berbeda karena perspektif subjektif dan latar belakang sosial yang berhubungan dengan mereka juga berbeda.
Tidak seperti penelitian kuantitatif, metode kualitatif menggunakan komunikasi peneliti dengan bidang dan anggotanya sebagai bagian yang eksplisit dari pengetahuan bukan termasuk sebagai variabel intervening. Para subjektivitas peneliti dan dari mereka yang diteliti merupakan bagian dari proses penelitian. Refleksi peneliti pada tindakan dan observasi di lapangan, tayangan mereka, iritasi, perasaan, dan sebagainya, menjadi data dan didokumentasikan dalam buku harian penelitian atau protokol konteks.
Penelitian kualitatif tidak didasarkan pada konsep terpadu antara teoritical dan metodologi. Berbagai pendekatan teoritis dan metode didiskusikan dalam praktek penelitian. Sudut pandang subyektif adalah titik awal pertama. Sebuah string kedua studi penelitian adalah pembuatan dan tentu saja interaksi, sedangkan yang ketiga adalah berusaha untuk merekonstruksi struktur bidang sosial dan makna laten praktek. Berbagai hasil pendekatan yang berbeda berdasarkan perkembangan yang berbeda dalam sejarah penelitian kualitatif, yang sebagian berkembang secara paralel dan sebagian secara berurutan.
Penggunaan metode kualitatif memiliki sejarah panjang dalam psikologi serta ilmu sosial. Dalam psikologi, Wilhelm Wundt (1900-1920) menggunakan metode deskripsi dan verstehen, disamping metode eksperimental psikologi umumnya. Pada saat yang sama, sebuah argumen antara konsepsi yang lebih monografi dari ilmu pengetahuan, berorientasi pada studi induksi dan kasus, dan pendekatan empiris dan statistik dimulai di Jerman (Bonß 1982, hal. 106). Dalam sosiologi Amerika, metode biografi, studi kasus, dan metode deskriptif merupakan pusat penelitian untuk waktu yang lama (sampai 1940). Hal ini dapat ditunjukkan tentang pentingnya studi Thomas dan Znaniecki The Petani Polandia di Eropa dan Amerika (1918-1920) dan lebih umum tentang pengaruh sosiologi dari Sekolah Chicago. Tidak sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa dalam sosiologi Amerika kritik terhadap standar, mengukur penelitian sosial menjadi relevan lagi (Cicourel 1964; Glaser dan Strauss 1967). Kritik ini diambil di tahun 1970-an dalam diskusi Jerman. Akhirnya, hal ini menyebabkan perkembangan penelitian kualitatif dalam ilmu-ilmu sosial dan juga dalam psikologi (Jiittemann, 1985). Perkembangan dan diskusi di Amerika Serikat dan di Jerman tidak hanya terjadi pada waktu yang berbeda, tetapi juga ditandai dengan fase yang berbeda.
Di Jerman, Jürgen Habermas (1967) pertama kali diakui bahwa 'berbeda' tradisi dan pembahasan penelitian berkembang dalam sosiologi Amerika, berkaitan dengan nama-nama seperti Goffman, Garfinkel dan Cicourel. Karena terjemahan (1964) kritik metodologis Cicourel itu, berbagai koleksi (egArbeitsgruppe Bielefelder Soziologen 1973, Bühl 1972; Gerdes 1979; Hopf dan Weingarten 1979; Steinert 1973,. Weingarten et al 1976) kontribusi diimpor dari diskusi Amerika. Hal ini telah membuat teks dasar ethnomethodology atau interaksionisme simbolis tersedia untuk diskusi di Jerman. Dari periode yang sama, model proses penelitian yang dibuat oleh Glaser dan Strauss (1967) telah menarik banyak perhatian (misalnya di Hoffmann-Riem 1980; Hopf dan Weingarten 1979; Kleining 1982). Diskusi termotivasi oleh tujuan untuk melakukan keadilan lebih ke obyek penelitian daripada yang dimungkinkan dalam penelitian kuantitatif, sebagai klaim Hoffmann-Riem menunjukkan untuk para 'prinsip keterbukaan'. Kleining (1982, p. 233) berpendapat bahwa perlu untuk menganggap pemahaman obyek penelitian sebagai titik awal hingga akhir penelitian, karena objek 'akan hadir sendiri dalam warna yang sesungguhnya hanya pada akhir'. Juga diskusi tentang 'sosiologi naturalistik' (Schatzman dan Strauss, 1973) dan tentang metode yang tepat ditentukan oleh asumsi, awalnya implisit dan kemudian juga eksplisit: bahwa untuk mewujudkan prinsip keterbukaan dan aturan-aturan yang Kleining tunjukkan (misalnya untuk menunda formulasi teoritis dari objek penelitian) memungkinkan peneliti untuk menghindari merupakan objek dengan metode yang sangat digunakan untuk mempelajarinya. Melainkan menjadi mungkin 'untuk mengambil kehidupan sehari-hari dan cara menyajikan dirinya dalam setiap kasus' (Grathoff 1978, dikutip dalam, Hoffmann-Riem 1.980 p 362, yang berakhir artikelnya dengan kutipan ini.).
Pada akhir tahun 1970-an, diskusi yang lebih luas dan lebih asli dimulai di Jerman yang tidak lagi mengandalkan secara eksklusif pada terjemahan sastra Amerika. Penawaran diskusi ini dengan wawancara, aplikasi mereka (misalnya Hopf 1978, Kohli 1978) (. Mühlefeld et al 1981), interpretasi dan pertanyaan metodologis (Kleining 1982) dan mendorong penelitian yang luas (Flick et al, 1995, 2002).Tion ques karakteristik periode ini diformulasikan oleh Kuchler (1980): apakah ini harus dilihat sebagai 'tren mode atau sebuah awal baru'.
Perkembangan penelitian kualitatif pada awal tahun 1980-an adalah bahwa dua metode asli muncul dan secara luas dibahas: wawancara narasi oleh Schütze (1977, lihat juga Riemann dan Schütze 1987) dan hermeneutika obyektif oleh Oevermann et al.(1979). Kedua metode tidak lagi hanya impor dari perkembangan Amerika seperti yang terjadi dalam menerapkan observasi partisipan atau wawancara dengan panduan wawancara, dan berorientasi pada wawancara terfokus (lHopf, 1978). Kedua metode telah mendorong suatu praksis penelitian yang luas (terutama dalam penelitian biografi: untuk melihat ikhtisar Bertaux 1981; Kohli dan Robert 1984; Kruger dan Marotzki 1994). Namun pengaruh dari metodologi ini pada diskusi umum metode kualitatif setidaknya sama penting dengan hasil yang diperoleh dari mereka.
Di pertengahan tahun 1980-an, masalah validitas dan generalisasi dari temuan yang diperoleh dengan metode kualitatif menarik perhatian luas (Flick, 1987; Gerhardt 1985, Legewie 1987). Pertanyaan terkait presentasi dan transparansi dari hasil yang telah dibahas. Jumlah dansemua sifat terstruktur dari data memerlukan penggunaan komputer dalam penelitian kualitatif (Fielding dan Lee 1991; Kelle 1995, 2002, Richards dan Richards 1998; Weitzman dan Miles 1995). Akhirnya, buku pelajaran pertama atau perkenalan telah dipublikasikan pada latar belakang dari diskusi di daerah berbahasa Jerman (misalnya Eohnsack 1999; Lamnek 1988, 1989, Spohring 1989).
Denzin dan Lincoln (2000b, hlm 12-18) mengacu pada tahapan yang berbeda dari mereka yang hanya dijelaskan untuk daerah berbahasa Jerman. Mereka melihat 'tujuh hal penting dalam penelitian kualitatif', sebagai berikut :
Periode tradisional berkisar dari awal abad ke- 20 Perang Dunia II. Hal ini terkait dengan penelitian Malinowski (1916) dalam etnografi dan sosiolodi di Sekolah Chicago. Selama periode ini, penelitian kualitatif tertarik pada hal yang lain, asing atau aneh, dan dalam deskripsi kurang obyektif dan interpretasi. Budaya asing adalah masalah dalam etnografi, dan orang luar dalam masyarakat sendiri dalam sosiologi.
Tahap modernis berlangsung sampai tahun 1970-an dan ditandai oleh upaya untuk meresmikan penelitian kualitatif. Untuk tujuan ini, buku pelajaran semakin banyak diterbitkan di Amerika Serikat. Sikap semacam ini penelitian masih hidup dalam tradisi Glaser dan Strauss (1967), Strauss (1987), dan Strauss dan Corbin (1990) serta Miles dan Huberman (1994).
Blurred genres (Geertz 1983) mencirikan perkembangan sampai dengan pertengahan tahun 1980-an. Berbagai model teoritis dan pemahaman dari objek dan metode berdiri berdampingan, dimana peneliti dapat memilih dan dapat mempertimbangkan antara terhadap satu sama lain atau menggabungkan: interaksionisme simbolis, ethnomethodology, fenomenologi, semiotika atau feminisme beberapa 'paradigma alternatif' (Guba 1990, Jacob 1987).
Pada pertengahan 1980-an, krisis representasi dibahas sampai saat itu dalam kecerdasan buatan (Winograd dan Flores 1986) dan etnografi (Clifford dan Marcus 1986) dampak pada penelitian kualitatif secara keseluruhan. Hal ini membuat proses menampilkan pengetahuan dan temuan merupakan bagian penting dari proses penelitian. Dan proses ini menampilkan pengetahuan dan temuan sebagai bagian dari temuan yang menarik perhatian. Penelitian kualitatif menjadi proses yang terus-menerus membangun versi realitas. Versi seseorang dalam menyajikan sebuah hasil wawancara tidak selalu sesuai dengan versi ia akan dirumuskan pada saat ketika peristiwa yang dilaporkan terjadi. Ini tidak selalu sesuai dengan versi dia akan diberikan kepada seorang peneliti yang berbeda dengan pertanyaan penelitian yang berbeda. Para peneliti, yang menafsirkan wawancara ini dan menyajikan sebagai bagian dari temuan-nya, menghasilkan sebuah versi baru dari keseluruhan. Pembaca yang dari artikel, buku atau laporan yang berbeda akan menafsirkan versi peneliti berbeda, sehingga versi lanjut akan muncul. Dalam konteks ini, evaluasi penelitian dan temuan menjadi topik sentral dalam diskusi metodologis.  Hal ini terkait dengan pertanyaan apakah kriteria tradisional valid atau tidak? Jika tidak, maka harus digunakan standar lain untuk menilai penelititian kualitatif.
Situasi terakhir ini ditandai oleh Denzin dan Lincoln sebagai momen kelima: narasi telah menggantikan teori, atau teori-teori yang dibaca sebagai narasi. Tapi di sini kita belajar tentang akhir narasi seperti dalam postmodernisme pada umumnya. Aksen ini bergeser ke arah teori dan narasi yang spesifik, delimited, lokal, situasi sejarah dan fenomena. Situasi saat ini (saat keenam) ditandai dengan menulis posting percobaan, menghubungkan isu-isu penelitian kualitatif dengan kebijakan demokratis dan saat ketujuh adalah masa depan penelitian kualitatif.
Membandingkan dua perkembangan (Tabel 1.1), di Jerman kami menemukan peningkatan konsolidasi metodologis dilengkapi dengan konsentrasi pada pertanyaan prosedural dalam praktek penelitian. Di Amerika Serikat, mempertanyakan lebih lanjut atau sekali lagi kepastian jelas disediakan oleh metode yang merupakan ciri perkembangan terbaru: peran presentasi dalam proses penelitian, krisis representasi, dan relativitas dari apa yang disajikan telah menekankan, dan membuat upaya untuk memformalkan dan mengkanonisasikan metode yang sekunder. Penerapan prosedur wawancara atau interpretasi kurang melihat dari 'praktek dan penafsiran politik (Denzin 2000). Penelitian kualitatif berdasarkan keterbukaan peneliti dan refleksivitas sehingga yang dihubungkan masih lebih kuat dengan sikap tertentu.

Table 1.1 Tahapan Dalam Sejarah Penelitian Kualitatif
Jerman
Amerika Serikat
Awal penelitian (akhir kedua puluh kesembilan belas dan awal abad)
Periode tradisional (1900 sampai 1945
Tahap impor (awal 1 970s)
Modernis fase (1945 ke 1970)
Tahap diskusi awal (1970-an)
Kabur genre (sampai pertengahan 1980-an)
Mengembangkan metode asli (1970-an dan 1980-an)
Krisis representasi (sejak pertengahan 1980-an)
Konsolidasi dan pertanyaan prosedural (akhir 1 980s dan 1990-an)
Kelima momen (dalam 1 990-an
Penelitian Praktek
Keenam saat (tulisan eksperimental posting)

Ketujuh saat (Masa Depan)

Selama periode sejarah diuraikan, muncul berbagai metode yang ditandai dengan titik awal yang berbeda. Mereka berbeda dalam pemahaman mereka tentang obyek yang diteliti, dan masing-masing memberikan kontribusi dengan cara khusus untuk diskusi umum mengenai penelitian kualitatif dan perkembangan lebih lanjut. Alih-alih membahas metode kualitatif dalam, tampaknya perlu untuk membahasnya dalam rangka proses penelitian, didasarkan pada tiga alasan: pengalaman dari penerapan mereka dalam studi empiris, pengalaman dari mereka mengajar kepada siswa, dan pengalaman dari para peneliti pelatihan dalam proyek-proyek yang sedang berjalan . Buku ini dimaksudkan untuk memberikan presentasi seperti prosesual. Di satu sisi, gambaran yang diberikan sebagai dasar untuk memilih metode khusus, mengumpulkan dan menafsirkan data. Di sisi lain, gambaran ini memungkinkan kita untuk menilai seberapa jauh metode tertentu sesuai dengan bagian lain dari proses penelitian: seberapa jauh metode penafsiran dipilih dari alternatif yang mungkin sesuai dengan metode pengumpulan data dan desain dari proses penelitian atau strategi pengambilan sampel yang digunakan. Untuk pertimbangan lebih lanjut dan untuk penerapan metode individu akan perlu untuk berkonsultasi literatur aslinya. Saran untuk membaca lebih lanjut dan referensi ke karya sentral diberikan dalam setiap bab.
Titik awal dari presentasi dalam buku ini adalah bahwa penelitian kualitatif semua bekerja dengan teks. Metode untuk mengumpulkan informasi seperti wawancara atau observasi menghasilkan data yang diubah menjadi teks dengan merekam dan transkripsi. Metode interpretasi mulai dari teks-teks ini. Rute yang berbeda mengarah ke arah teks di pusat penelitian dan menjauh dari mereka. Sangat singkat, proses penelitian kualitatif dapat direpresentasikan sebagai jalan dari teori ke teks dan satu lagi dari belakang teks ke teori. Perpotongan dari dua jalur adalah pengumpulan data verbal atau visual dan interpretasi mereka dalam desain penelitian tertentu.
Di jalan dari teori ke teks, ada posisi teoritis yang tersirat dalam setiap metode kemudian diterapkan. Posisi teoritis beberapa yang secara tradisional dan juga baru-baru menentukan bidang penelitian kualitatif, dapat dibedakan, tetapi mereka memiliki beberapa fitur yang sama (Bab 2). Salah satunya adalah selain menggunakan teks sebagai bahan empiris, penelitian kualitatif berkaitan dengan konstruksi realitas, konstruksi sendiri dan khususnya mereka konstruksi mereka di lapangan atau pada orang itu sendiri dalam studi.
 Sebelum menghadapi data empiris untuk pertama kalinya, seorang peneliti tertentu berdiri di bawah proses penelitian sebagai linear yang berubah menjadi desain penelitian. Juga, pertanyaan penelitian adalah formulated dan jawaban terhadap masalah akses ke lapangan dan cara mencari dan menemukan sampel. Sebuah strategi khusus diterapkan untuk kasus-kasus pengambilan sampel atau kelompok.
Penelitian kualitatif terutama bekerja dengan dua macam data. Data verbal dikumpulkan dalam wawancara semi terstruktur atau sebagai narasi (Bab 9), kadang-kadang menggunakan kelompok, bukan individu (kelompok wawancara dan diskusi, kelompok fokus, narasi bersama. Dalam Bab 11 alternatif metodologi untuk mengumpulkan data verbal dibandingkan. Kriteria untuk memilih metode tertentu dan untuk menilai ini arc pilihan disajikan.Sebagai hasil besar kedua, kelompok data visual dari menerapkan berbagai metode observasi, mulai dari partisipan dan observasi non partisipan untuk etnografi dan menganalisis foto dan film (Bab 12).Mereka lagi dibandingkan atas dasar kriteria untuk memilih metode tertentu dan untuk menilai pilihan ini (Bab 17).
Pada langkah berikutnya, data verbal dan visual diubah menjadi teks dengan mendokumentasikan mereka dan dengan transkripsi. Penelitian mulai bagian kedua dari perjalanannya dari teks ke teori. Mendokumentasikan data tidak hanya rekaman netral tetapi merupakan langkah penting dalam konstruksi realitas dalam proses penelitian kualitatif (Bab 14). Menafsirkan data berorientasi baik terhadap coding dan kategorisasi (Bab 15) atau dalam menganalisis struktur secara berurutan dalam teks (Bab 16). Membandingkan metode utama untuk kedua strategi teks dalam memberikan saran yang berguna pada keputusan tentang metode khusus yang dapat digunakan (Bab 17). Grounding penelitian kualitatif (Bab 18) peneliti terlibat dalam pertanyaan seperti bagaimana menilai validitas dan kesesuaian proses penelitian dan dari data yang dihasilkan. Alternatif yang baik untuk menerapkan kriteria tradisional (reliabilitas, validitas) atau untuk mengembangkan kriteria baru. Dalam konteks ini bahwa strategi cara penulisan penelitian kualitatif dan hasilnya telah menarik perhatian yang lebih besar (Bab 19).
Pada bagian akhir, perspektif dan masa depan penelitian kualitatif dibahas. Penggunaan komputer (Bab 20) menjadi lebih penting. Cara untuk menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang tepat masih menjadi masalah untuk memecahkan masalah (Bab 21). Pertanyaan kualitas dalam penelitian kualitatif melampaui kriteria (Bab 22) disebut masalah indikasi atau untuk mengambil konsep dan strategi dari diskusi pada manajemen mutu dan evaluasi prosesual sebagai cara baru untuk landasan penelitian kualitatif.
Pada awal pengenalan ini, beberapa perubahan untuk menunjukkan relevansi penelitian kualitatif. Selain itu, kebutuhan yang lebih besar untuk penelitian kualitatif dapat diturunkan dari diagnosa ilmu baru ilmu pada umumnya. Dalam diskusi tentang 'agenda tersembunyi dari modernitas', Toulmin (1990) menjelaskan secara detail mengapa hakim ilmu modern yang menjadi disfungsional. Sebagai jalan ke depan bagi filsafat dan ilmu pada umumnya dan dengan demikian untuk penelitian sosial empiris, ia melihat empat kecenderungan:
a.       The return to the oral, yang diwujudkan dalam tren perumusan teori dan dalam melaksanakan studi empiris dalam filsafat, linguistik, sastra dan ilmu sosial di narasi, bahasa dan komunikasi;
b.      The return to the particular, yang diwujudkan dalam perumusan teori dan dalam melaksanakan studi empiris dengan tujuan 'tidak hanya untuk berkonsentrasi pada pertanyaan abstrak dan universal, tetapi untuk spesifik, masalah konkret yang umumnya tidak muncul umumnya tapi terjadi dalam situasi yang berbeda '(1990, hal 190.);
c.       The return to the local, yang menemukan ekspresi dalam mempelajari sistem pengetahuan, praktik dan pengalaman dalam konteks mereka (lokal) tradisi dan cara hidup di mana mereka tinggal, bukan asumsi dan mencoba untuk menguji validitas universal;
d.      The return to the timely, diwujudkan dalam kebutuhan untuk menempatkan masalah yang harus dipelajari dan solusi yang akan dikembangkan dalam konteks temporal atau historis dan untuk menggambarkan mereka dalam konteks ini dan menjelaskan mereka dari konteks itu.
Penelitian kualitatif berorientasi menganalisis kasus-kasus konkret dalam partikularitas yang temporal dan lokal, dan mulai dari ekspresi masyarakat dan kegiatan dalam konteks lokal mereka. Oleh karena itu, penelitian kualitatif dalam posisi untuk merancang cara untuk ilmu psikologi dan sosial untuk membuat kecenderungan yang Toulmin menyebutkan, untuk mengubah mereka ke dalam program penelitian dan untuk mempertahankan fleksibilitas yang diperlukan terhadap benda mereka dan tugas:
seperti bangunan pada skala manusia, prosedur intelektual sosial dimana kita akan melakukan apa yang kita butuhkan dalam tahun-tahun mendatang, hanya jika kita berhati-hati untuk menghindari stabilitas relevan atau berlebihan, dan menjaga mereka beroperasi dengan cara yang dapat disesuaikan untuk tak terduga atau bahkan tak terduga dari situasi dan fungsi (. 1990, p F86)

PROSES & TEORI


Penelitian kualitatif tidak dapat ditandai dengan pilihan metode tertentu atas dan dengan yang lainnya. Penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan sehingga tidak boleh digabungkan (lihat Bab 21); Sudah dibicarakan juga sebelumnya dan menghasilkan pertanyaan mendasar yang dibahas kembali di sini. Namun penelitian kualitatif memberikan pemahaman yang berbeda dari penelitian secara umum, yang meliputi keputusan untuk menggunakan wawancara narasi atau dengan kuesioner, misalnya. Penelitian kualitatif terdiri dari pemahaman tertentu tentang hubungan antara masalah dan metode (lihat Becker 1996). Selain itu, hanya dalam cara yang sangat terbatas itu sesuai dengan logika penelitian akrab dari percobaan atau penelitian kuantitatif. Dalam hal ini jenis penelitian, proses penelitian dapat tersusun rapi dalam urutan linier langkah konseptual, metodologis dan empiris. Setiap langkah dapat diambil dan disusun satu demi satu dan secara terpisah. Dalam penelitian kualitatif, di sisi lain, ada saling ketergantungan dari bagian tunggal dari proses penelitian dan ini harus lebih diperhitungkan. Ide ini telah dikembangkan secara jelas dalam pendekatan penelitian teori dasar oleh Glaser dan Strauss (1967), Corbin dan Strauss (1990) dan Strauss (1987).

 Penelitian Sebagai Proses Linear

Versi tradisional ilmu sosial kuantitatif dimulai dari bangunan sebuah model: sebelum memasuki lapangan untuk dipelajari, dan sementara masih duduk di rumahnya atau mejanya, peneliti membangun sebuah model dari asumsi kondisi dan hubungan-hubungan. Intinya peneliti memulainya pada pengetahuan teoritis yang diambil dari literatur atau temuan empiris sebelumnya. Maka ini, hipotesis yang dioperasionalkan dan diuji terhadap kondisi empiris. Kongritnya atau secara empirs penelitian yang “objektif”, seperti bidang tertentu atau orang-orang yang nyata, itu memiliki status teladan, terhadap asumsi yang dihubungkan secara umum (dalam bentuk hipotesis) diuji. Tujuannya adalah agar menjadi representative dari data dan menjamin temuan, misalnya sampel diambil secara acak dari orang-orang yang diteliti. Sebuah Tujuan selanjutnya adalah hubungan yang kompleks ke dalam variabel yang berbeda, yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi dan menguji efek mereka. Teori dan metode yang prioritas pada objek penelitian. Teori yang diuji dan mungkin dipalsukan di jalan. Jika mereka tidak kembangkan melalui hipotesis tambahan, yang lagi diuji secara empiris, dan sebagainya.


 Konsep Proses Dalam Penelitian Grounded Theory

Berbeda dengan penelitian Grounded Theory, pendekatan grounded theory memberikan referensi data yang menjadi pegangan peneliti untuk asumsi teoritis. Ini tidak boleh diterapkan pada subjek yang dipelajari tetapi diterapkan pada 'temuan baru' dan dirumuskan dalam penelitian lapangan dan data empiris dapat ditemukan di dalamnya. Ini berhubungan dengan topik penelitian dibandingkan dengan mengambil beberapa orang yang akan dipelajari yang merupakan keterwakilan dari objek penelitian. Tujuannya bukan untuk mengurangi kompleksitas dengan memecahnya ke dalam variabel melainkan untuk meningkatkan kompleksitas dengan memasukkan konteks. Metode juga harus sesuai dengan masalah yang diteliti dan harus dipilih yang sesuai. Hubungan teori dengan pekerjaan empiris dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: Prinsip keterbukaan menyiratkan bahwa penataan teoritis dari masalah yang diteliti ditunda sampai penataan masalah yang diteliti oleh orang-orang yang diteliti telah muncul '( Hoffmann-Riem 1980, hal 343). Di sini, ia mendalilkan bahwa peneliti setidaknya harus menangguhkan pengetahuan apriori teoritis di lapangan. Namun, berbeda dengan kesalahpahaman yang tersebar luas, ini dipostulasikan di atas semua untuk cara untuk menyempurnakan hipotesis dan kurang untuk keputusan tentang pertanyaan penelitian (lihat bab berikut): 'Penundaan dalam penataan menyiratkan perumusan ex ante hipotesis. Bahkan, pertanyaan penelitian yang diuraikan di bawah aspek teoritis tetapi untuk mengelaborasi tidak berujung. …. Mengatur himpunan hipotesis '{1980, p. 345).

Ini pemahaman tentang penelitian kualitatif menunjukkan bahwa peneliti harus mengambil sikap apa, dalam konteks yang berbeda, telah disebutkan “evently suspended attention”. Menurut Freud, hal ini memungkinkan seseorang untuk menghindari masalah berikutnya:

Untuk menyegarakant orang sengaja berkonsentrasi perhatiannya dalam tingkat tertentu, ia mulai untuk memilih dari bahan hadapannya, satu titik akan diperbaiki dalam pikirannya dengan kejelasan tertentu dan beberapa lainnya akan Sejalan dan  dianggap, dan dalam membuat pilihan ini ia akan mengikuti harapannya atau kecenderungan. Hal ini, bagaimanapun, akan tepat apa yang harus ia noi dontv Dalam membuat pilihan ini, jika ia mengikuti harapan ia bahaya sakit tidak pernah menemukan apapun melainkan apa yang dia sudah tahu, dan jika ia, mengikuti kecenderungan, ia pasti akan "memalsukan apa yang dia mungkin rasakan” (1958., p.112)

Diterapkan pada penelitian kualitatif, ini berarti bahwa peneliti - sebagian asumsi teoritis mereka sendiri dan struktur, yang mengarahkan perhatian mereka pada aspek konkret, tetapi juga karena mereka sendiri ketakutan-tetap tidak melihat struktur di lapangan atau orang yang diteliti. Hal ini membuat mereka dan penelitian mereka kehilangan penemuan yang sebenarnya “discovery”.

Model proses dalam penelitian grounded theory terutama mencakup aspek-aspek berikut: sampel teoritis (lihat Bab 7), coding teoritis (lihat Bab 15) dan menulis teori (lihat Bab 19), pendekatan ini sangat berfokus pada interpretasi data tidak ada peduli bagaimana mereka dikumpulkan. Di sini, pertanyaan tentang metode mana yang digunakan untuk mengumpulkan data menjadi lebih rinci. Keputusan mengenai data yang akan terintegrasi dan metode yang akan digunakan untuk ini didasarkan pada keadaan teori berkembang setelah menganalisis data yang telah di tangan pada saat itu.

Berbagai aspek model Glaser dan Strauss telah menjadi relevan di kanan mereka sendiri dalam diskusi metodologi dan praktek penelitian kualitatif. Teori penentuan sampel pada khususnya, sebagai strategi untuk menentukan langkah demi langkah, juga diterapkan dalam penelitian di mana metode penafsiran yang digunakan yang sama sekali berbeda dari Glaser dan Strauss menyarankan atau di mana klaim untuk mengembangkan teori yang tidak dibuat. Pengkodean atau Coding teoritis sebagai metode menafsirkan teks juga telah memperoleh relevansi sendiri. Ide pengembangan teori dengan menganalisis materi empiris telah menjadi penting dalam dirinya sendiri untuk pembahasan penelitian kualitatif, cukup independen dari menggunakan metode pendekatan pada waktu yang sama. Namun seringkali konsistensi dengan pendekatan Strauss komponen individu diabaikan. Sampling teoretis, misalnya, sebenarnya hanya layak sebagai strategi jika konsekuensi dihargai bahwa tidak semua wawancara yang selesai pada tahap pertama dan interpretasi data dimulai hanya setelah wawancara selesai. Hal ini membuat penafsiran langsung dari data yang dikumpulkan yang merupakan dasar untuk keputusan sampling. Keputusan-keputusan ini tidak terbatas pada pemilihan kasus, tetapi juga terdiri dari keputusan tentang jenis data untuk mengintegrasikan berikutnya dan - dalam kasus yang ekstrim - tentang mengubah metode.

Linearitas Dan Sirkularitas Dari Proses

Ini sirkularitas bagian prosesual dalam model penelitian grounded theory adalah fitur utama dari pendekatan. Ini adalah kekuatan di balik banyak pendekatan mulai dari analisis kasus (misalnya Kraimer 2000; Ragin dan Becker 1992) Namun, kebulatan ini menyebabkan masalah di mana model linier umum pada penelitian (teori, hipotesis, operaisionalisasi, sampling, pengumpulan data, penafsiran data, validasi) digunakan untuk mengevaluasi penelitian. Secara umum, hal ini terjadi dalam dua hal; dalam mengusulkan sebuah proyek penelitian atau untuk mengajukan hibah, dan dalam evaluasi ini penelitian dan hasilnya dengan menggunakan indikator kualitas tradisional (lihat Bab 18).

Namun, terlepas dari masalah itu, sirkulasi ini adalah salah satu Kekuatan dari pendekatan, karena memaksa peneliti untuk secara permanen merefleksikan proses penelitian secara keseluruhan dan pada langkah-langkah tertentu dalam langkah lainnya - penerapannya secara konsisten. Akhirnya (juga temporal) erat antara pengumpulan data dan penafsiran data di satu sisi dan pemilihan material empiris di sisi lain, tidak seperti dalam metode linear tradisional melanjutkan, memungkinkan peneliti tidak hanya mengajukan pertanyaan berikut berulang-ulang tetapi juga untuk menjawab itu, seberapa jauh melakukan metode, kategori dan teori-teori yang digunakan melakukan keadilan untuk subjek dan data?

 Teori Dalam Proses Penelitian Sebagai Versi Dunia

Sekarang, apa fungsi dari teori dalam proses penelitian dalam gaya  Glaser dan Strauss? Ada dua poin awal untuk menjawab pertanyaan ini. Yang pertama adalah (1978) konsep Goodman bahwa teori - mirip dengan bentuk lain menyajikan hubungan empiris - merupakan versi dunia.Versi ini mengalami revisi, evaluasi terus menerus, konstruksi dan rekonstruksi. Menurut ini, teori tidak (benar atau salah) representase fakta yang diberikan, namun versi atau perspektif melalui mana dunia dilihat. Dengan perumusan versi dan oleh perspektif tentang dunia tersembunyi di dalamnya, persepsi dunia ini ditentukan dengan cara yang umpan balik ke dalam konstruksi sosial dari perspektif ini dan dengan demikian Dunia di sekitar kita (lihat Bab 3). Teori sebagai versi dari dunia sehingga menjadi awal dan relatif. Selanjutnya mengembangkan versi - misalnya dengan interpretasi tambahan bahan baru - mengarah ke landasan empiris meningkat dalam objek yang diteliti. Tapi proses penelitian di sini, juga tidak dimulai sebagai tabula rasa. Titik awal sebagai pra-pemahaman tentang subjek atau bidang yang diteliti.

Oleh karena itu, titik kedua acuan untuk mendefinisikan peran teori dalam model penelitian grounded theory adalah aturan pertama yang merumuskan Kleining untuk penelitian kualitatif: Pra-Pemahaman atas fakta-fakta yang diteliti harus dianggap sebagai awal dan harus melebihi dari hal yang baru, non-kongruen informatin (1982, hlm. 231).

Asumsi teoritis menjadi relevan sebagai versi awal dari pemahaman dan perspektif tentang obyek yang diteliti, yang dirumuskan kembali dan  kembali dijabarkan lebih lanjut dalam proses penelitian. Revisi dari versi atas dasar empiris materi yang maju membangun subjek yang diteliti. Keputusan metodologis peneliti, seperti yang dirancang dalam modet dari Glaser dan Strauss, berkontribusi terhadap pembangunan ini.

Gambar 4.1. Model Proses dan Teori

Penelitian kualitatif sesuai logika, tradisional linear dari penelitian hanya dalam cara yang terbatas. Sebaliknya, interlinking melingkar berhenti empiris, sebagai model Glaser dan Strauss menunjukkan (lihat Gambar 4.1), tidak keadilan untuk karakter penemuan dalam penelitian kualitatif. Konteks model prosesual harus dirujuk ketika bagian tunggal - seperti teori sampling yang diambil dari itu dan digunakan dalam isolasi. Pemahaman prosesual memungkinkan seseorang untuk mewujudkan prinsip epistemologis versteheti dengan tingkat yang lebih besar dari sensitivitas daripada di desain linier. Relevansi teori relatif sebagai versi dari objek yang akan dirumuskan mengambil konstruksi realitas dalam memperhitungkan proses penelitian. Bagian tengah dicadangkan untuk interpretasi data (dibandingkan dengan koleksi mereka atau konstruksi apriori desain diuraikan) memperhitungkan fakta bahwa teks adalah bahan empiris aktual dan dasar utama untuk mengembangkan teori.