A. Pengertian
Media
Media adalah sebuah alat yang
mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang
berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah
proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak
akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. (Bovee, 1997).
Bentuk-bentuk stimulus bisa
dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia;
realia; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima
bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari bahasa asing. Namun
demikian tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau
tempat. (Ouda, 2010)
Jalan keluarnya adalah
merealisasikan stimulus-stimulus itu dalam program komputer dengan menggunakan
piranti lunak yang mudah dipelajari sehingga dengan demikian para pengajar akan
dengan mudah merealisasikan ide-ide pengajarannya. (Ouda, 2010)
Media pembelajaran yang baik harus
memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi
pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada
pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mengingat apa
yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang
baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik
dan juga mendorong mahasiswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar.
(Ouda, 2010)
Ada beberapa kriteria untuk menilai
keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk
menilainya. Kreteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan
hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah
ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas,
keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang
ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan
pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.
(Hubbard, 1983)
Kriteria di atas lebih
diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn mengajukan enam kriteria untuk
menilai multimedia interaktif. Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan
navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajar
bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah
kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi
informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu
sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar
atau belum.
Kriteria keempat adalah integrasi
media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan ketrampilan bahasa yang
harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai
tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria
penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang
dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar.
Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa
telah belajar sesuatu (Thorn, 1995).
B. Jenis
Media
Umar Hamalik (1986), Djamarah
(2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya
ke dalam beberapa jenis :
1. Media
auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape
recorder.
2. Media
visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud
visual.
3. Media
audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam
dua jenis: 1) audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti
film sound slide. 2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
C. Cara
Memunculkan Ide-Ide
Dalam hal memunculkan ide itu bisa
didapatkan dari mana saja. Mengambil pengalaman/atau aktivitas keseharian
mertupakan salahsatu bentuk untuk memunculkanm ide, dengan cara sebagai berikut
:
1. Banyak
membaca/menulis
Membaca dan menulis adalah dua hal
yang sangat erat. Tidak bisa dipisah. Kalau kamu ingin memunculkan ide dengan
baik, banyaklah membaca buku serta banyak menulis. Buku apa saja. Pengkhususan
pada beberapa jenis bacaan dapat membuat otak kita tidak bisa berpikir lebih
kreatif dalam artian tidak ada pembatasan dalam membaca dan menulis.
Membaca berarti memberikan
kesempatan kepada pikiran kita untuk menelusuri dan memahami setiap informasi
yang ditemui. Informasi dapat ditemui di berbagai media itu sendiri, baik media
cetak maupun elektronik. Membaca dapat memperkaya wawasan dan memperdalam ilmu
pengetahuan. Dari sinilah ide-ide baru akan bermunculan.
2. Rajin
Berdiskusi/Sharing
Berdiskusi atau bertukar pendapat
dengan orang lain dapat mengalirkan ide-ide kreatif yang bisa dilampiaskan
dalam bentuk tulisan. Dari pikiran orang lain kadang muncul ide-ide yang
sebelumnya tidak kita ketahui. Ide-ide tersebut bisa dijadikan topik sebuah
tulisan. Kita tinggal menyelaraskan ide tersebut dengan ide atau pengetahuan
yang kita miliki.
3. Bawa
selalu pena dan kertas.
Mendapatkan ide yang baik memang
relative pada berbagai orang. Namun perlu disadari bahwa kapan saja ide itu
bisa muncul, karena itu siapkan selalu kertas dan polpen. Misalnya ketika jalan
dan ada ide, langsung saja ditulis di buku itu. Jangan sampai dibiarkan berlalu
begitu saja/lupa. Bisa juga menggunaka media apapun untuk menyimpan ide tersebut.
4. Berjalan-jalan
Dengan berjalan-jalan, berarti
melihat, mengalami, dan mengetahui lebih banyak hal di luar rumah. Hal ini
memaksa kita juga berpikir lebih banyak mengenai semua hal yang kita lihat,
kita alami, dan kita ketahui. Bukankah berpikir berarti memunculkan ide-ide?
Jawabannya ada di dalam benak kita masing-masing.
D. Cara
Membangkitkan/Memancing Ide-Ide
Berikut ini beberapa cara untuk
‘memancing’ ide agar kita bisa membuat tulisan tanpa perlu merasa kesulitan
dalam mencari ide.
1. Tingkatkan
kepekaan diri terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Lingkungan sekitar kita berpotensi
sebagai tema tulisan. Banyak peristiwa yang terjadi dalam satu hari, yang
pastinya terkandung peristiwa unik, yang dapat dijadikan bahan tulisan. Kita
harus peka dan mau melihat segala peristiwa dari sudut pandanng yanng berbeda.
Ini penting supaya kita mempunyai ide brilian yang tidak pernah terpikirkan oleh
orang lain sebelumnya.
2. Ambil
hikmah dan refleksikan setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
Setelah kita melihat sebuah hal,
jangan hanya melihatnya selayang pandang saja; melihat lalu mengacuhkannya.
Dalam setiap peristiwa pasti terkandung sebuah hikmah yang tidak setiap orang
dapat mengungkapkannya. Tidak terkecuali, sebuah musibah pasti menyimpan hikmah
yang dapat kita jadikan bahan refleksi. Refleksi yang kita tangkap dapat kita
jadikan tulisan, entah berupa cerpen, puisi, novel, berita, artikel, skenario
film, naskah pidato, bahan training, dsb. Semua bahan refleksi tadi dapat
dijadikan ide tulisan sesuai dengan minat kita. Tinggal bagaimana kita mau
mengemasnya dalam tulisan nanti.
3. Perbarui
otak kita dengan vitamin otak yang segar.
Vitamin yang dimaksudkan di sini
bukanlah suplemen penguat memory dalam otak yang sering kita jumpai di
televisi. Vitamin otak di sini adalah wawasan dan pengetahuan yang terus kita
tambahkan dengan memanfaatkan berbagai sumber, seperti media massa, cetak
maupun elektronik. Kita bisa mencari ide dengan membaca koran, majalah,
mendengarkan radio, browsing berita di internet, menonton televisi, dsb. Semua
media di atas akan memudahkan kita dalam menambah pengetahuan. Kita tidak boleh
terpaku untuk mencari berita yang berkaitan dengan bidang kita saja. Namun,
kita juga perlu menambah wawasan di luar bidang kita. Bagaimanapun juga, tidak
ada pengetahuan yang sia-sia. Semua hal yang kita ketahui bermanfaat bagi kita,
dan dapat mengasah pola pikir, serta menambah intelektualitas kita sebagai
makhluk intelektual.
4. Jangan
buang ide yang muncul, catatlah, dan buat buku catatan inspirasi.
Setiap kali kita menemukan ide
baru, janganlah dianggap remeh, atau membuangnya begitu saja. Catat dan buatlah
sebuah buku inspirasi yang memuat semua ide tersebut. Jangan takut ide kita
tidak relevan dengan tulisan yang ingin kita buat saat ini. Bisa jadi ide kita
dapat digunakan di lain kesempatan, dan kita tinggal memilah mana ide yang
relevan, atau mana yang mendukung tulisan berikutnya. Ada baiknya kita membawa
sebuah buku catatan, kertas kecil, handphone, atau apa saja yang dapat
digunakan sebagai media menulis. Setelah tercatat, kita bisa pindahkan dalam buku
inspirasi yang kita buat. Ingat, tulis ide-ide kita di sebuah buku agar
inspirasi kita tidak terpisah-pisah, dan kita juga mudah menggunakannya ketika
butuh.
5. Ketika
melihat masalah muncul, berpikirlah kreatif.
Kreatif merupakan hal yang sering ditekankan
oleh setiap orang dalam berpikir. Kenapa harus dengan cara kreatif? Karena,
dengan pola pikir yang sama seperti kebanyakan orang, mungkin kita tidak akan
menemukan something new, something different, yang membuat kita berbeda dari
orang lain. Kreativitas yang tinggi merupakan nilai berharga yang wajib
dimiliki oleh setiap penulis. Dengan berpikir kreatif, kita pun dituntut untuk
terus mengasah kinerja otak serta membiasakan diri untuk tidak menunggu
insight. Sebaliknya, kita harus mampu memunculkan insight setiap saat.
6. Tidak
ada ide yang salah.
Kita perlu membangun sebuah konsep
yang harus kita tanamkan dalam diri kita, bahwa tidak ada ide yang salah. Kita
harus berani mengungkapakan segala ide yang muncul. Kesalahan kita bianya lebih
karena takut mengungkap ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Sehingga, kita
mempunyai banyak kekhawatiran yang tidak beralasan. Akibatnya, kekhawatiran itu
justru menghambat kita dalam menulis. Jadi, jangan pernah takut mengungkapakan
sebuah ide. Karena, setiap ide adalah hal yang berharga. Jangan sampai kita
menyesal kalau kita tidak jadi mengungkapkan ide kita, dan pada akhirnya orang
lainlah yang sukses mengungkapkan ide yang ternyata mirip dengan punya kita.
7. Rekreasi
atau refresh otak dengan hal-hal yang menyenangkan.
Jika kita lelah dan tubuh bekerja
terlalu keras, ada baiknya kita rekreasi atau cari kegiatan yang bisa
menyegarkan kembali tubuh maupun pikiran kita. Jika waktu kita terbatas, kita
dapat melakukan hobi yang sudah lama ditinggalkan. Hal ini akan membantu
menyegarkan tubuh dan pikiran sehingga kita dapat bekerja dengan suasana yang
lebih bagus lagi. Selain melakukan hobi lama, kita juga dapat berkunjung ke
rumah saudara atau teman sekadar melepaskan penat atau cari inspirasi.
8. Terus
asahlah otak dengan menulis kejadian sehari-hari.
Tidak memerlukan ide besar dalam
menulis kejadian sehari-hari. Menuliskan kejadian sehari-hari akan membuat kita
mampu menganalisis sebuah peristiwa dengan lebih baik. Dengan menulis, kita
akan semakin terlatih dalam mengungkapkan ide ke dalam sebuah tulisan. Bisa
jadi tulisan kita tentang peristiwa sehari-hari merupakan hal yang menarik
untuk dikembangkan, sehingga kita tidak mengalami kesulitan lagi dalam mencari
ide.
9. Berbicaralah
dan berdiskusilah dengan orang lain.
Berbicara dan berdiskusilah dengan
orang lain tentang berbagai topik. Ini akan membuka pikiran dan wawasan kita.
Pertukaran ide melalui diskusi akan semakin memperkaya hasil analisis kita
terhadap sebuah masalah. Dengan begitu, kita dapat dengan lebih mudah menemukan
solusi atas suatu masalah, terlebih lagi jika kita sebelumnya kesulitan
menemukan solusinya.
E. Kesimpulan
Mengeksplorasi peristiwa sederhana
dalam hidup sehari-hari itu perlu agar hal tersebut dapat menjadi stimulus
dalam menemukan ide. Itu juga merupakan cara sederhana yang bisa dilakukan oleh
setiap orang. Intinya, paculah diri kita di setiap saat supaya dapat menemukan
ide, mulai dari berbagai hal sederhana yang terjadi sehari-hari. Seiring berjalannya
waktu, kita akan semakin mudah menemukan ide untuk menulis.
Selain sebagai bahan tulisan, peristiwa sehari-hari yang dituliskan itu juga dapat berfungsi sebagai proses pengembangan diri, pengasah kemampuan analisis masalah, serta pemupuk ketajaman intelektualitas kita. Berbagai peristiwa yang terjadi itu juga menjadi bagian dari sejarah kita sendiri, atau bahkan sejarah secara umum.
Selain sebagai bahan tulisan, peristiwa sehari-hari yang dituliskan itu juga dapat berfungsi sebagai proses pengembangan diri, pengasah kemampuan analisis masalah, serta pemupuk ketajaman intelektualitas kita. Berbagai peristiwa yang terjadi itu juga menjadi bagian dari sejarah kita sendiri, atau bahkan sejarah secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA