Selasa, 04 September 2012

Demam Berdarah Dengue (DBD)


A.      PENDAHULUAN
a.        Latar Belakang
Nyamuk Ae. aegypti (Vektor DBD)
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2010).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4.
KLB terakhir  tercatat pada tahun 2006 yakni terdapat 80.837 kasus DBD di Indonesia dengan jumlah korban meninggal sebanyak 1.099 orang, dan merupakan angka tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Selanjutnya pada tahun 2007 tercata kasus DBD sebesar 8.019 orang (sampai 31 Januari 2007) (WHO, 2007 dalam Bakti dkk, 2010).
Pada tahun 2007 terjadi peningkatan insidens DBD dan kejadian luar biasa (KLB) di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Gorontalo, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta dan Banten (Depkes RI, dalam Sungkar dkk, 2010) .
Faktor inang menyangkut kerentanan dan imunitasnya terhadap penyakit, sedangkan faktor lingkungan menyangkut kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim), kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk), dan jenis dan kepadatan nyamuk sebagai vektor penular penyakit tersebut. Menurut Suwarja (2007) kepadatan populasi nyamuk Ae. aegypti yang diukur melalui kepadatan jentik dan jumlah kontener sangat nyata pengaruhnya terhadap kasus penularan DBD. Meningkatnya kasus tersebut terkait erat dengan buruknya sanitasi lingkungan di daerah kejadian (kasus di Kecamatan Tikalka, Manado).
Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan paling besar dalam penularan virus Dengue (Gama, 2010).

b.        Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan upaya penanggulangan larva Aedes aegypti atau vektor demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Oleh karena itu yang menjadi rumusan masalah makalah yang kami akan bahas adalah:
1.         Apakah yang dimaksud dengan penyakit Demam Berdarah Dengue?
2.         Apakah faktor penyebab masalah kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)?
3.         Bagaimana mekanisme perubahan lingkungan dan terjadinya dampak kesehatan penyakit demam berdarah dengue?
4.         Bagaimana konsep/cara pengendalian vektor DBD melalui upaya promosi kesehatan?

c.         Tujuan
Tujuan penyusunan makalah studi kasus ini adalah
a.         Untuk mengetahui penyakit demam berdarah dengue secara umum.
b.         Untuk memahami faktor penyebab masalah kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
c.         Untuk memahami mekanisme perubahan lingkungan dan terjadinya dampak kesehatan penyakit demam berdarah dengue?
d.        Untuk memahami serta mampu melaksanakan konsep/cara pengendalian vektor DBD melalui upaya promosi kesehatan?

B.       PEMBAHASAN
1.        Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah atau DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. DBD disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan dan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare. Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi (Siregar, 2005)

2.        Faktor Penyebab Masalah Kejadian Penyakit DBD
Faktor-faktor yang terkait dalam penularan Demam Berdarah Dengue yaitu:
a.         Nyamuk Aede; virus Dengue  ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes dari subgenus Stegomya. Di Indonesia ada 3 jenis nyamuk Aedes yang bisa menularkan virus dengue yaitu: Aedes aegypti, Aedes alpobictus, dan Aedes Scutellaris
b.         Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia adalah:
1)   Pengetahuan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sungkar dkk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan warga memiliki pengetahuan kurang berkurang setelah dilakukan penyuluhan menjadi 50,9% dari 64,2%. Sedangkan pengetahuan yang baik meningkat 1,9%. Hasil tersebut tergambar pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.
Tingkat Pengetahuan Warga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan PSN di Kecamatan Bayah

Penyuluhan
Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Sebelum
12
(11,3%)
26
(24,5%)
68
(64,2%)
Sesudah
14
(13,2%)
38
(35,8%)
54
(50,9%)
Sumber: Sungkar, 2010

Seperti yang terjadi dengan penelitian tentang pengetahuan siswa Sekolah dasar yang ada Di Depok tentang cara mengendalikan vektor DBD tergambar pada tabel berikut:
Tabel 2.
Pengetahuan Murid tentang Cara Mengendalikan Vektor

Cara mengendalikan vektor
Persentase (%)
PSN 3M Plus
72,6
Memeriksa jentik
63,4
Mengajak orang tua melakukan PSN
73,0
Mengajak teman memeriksa jentik
16,3
Total: tahu cara mengendalikan vektor
30,1






Sumber: Dep. PKIP, 2009
Sebanyak 72,6% pengetahuan murid tentang cara mengendalikan vektor adalah dengan memberantas saran nyamuk di tambah dengan 3M (Menutup, Menguras dan Mengubur).
Penelitian lainnya yang menggali tentang pengetahuan dimana Informan yang dipilih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan di awal penelitian, yaitu ibu rumah tangga yang merupakan penduduk asli di lokasi penelitian. Ibu rumah tangga menjadi kunci dalam usaha kesehatan di masyarakat sebab melalui merekalah ketahanan anggota keluarga akan terwujud.
Menurut informan nyamuk Aedes banyak menggigit manusia di lingkungan luar rumah seperti lapangan berumput, semak-semak, tempat yang banyak tetumbuhan, pekarangan rumah, lingkungan sekolah dan tempat-tempat umum. Hanya sedikit informan yang menjawab bahwa nyamuk Aedes menggigit di dalam rumah, di dalam gedung sekolah dan di tempat-tempat yang dekat dengan air. Informan mengalami kesulitan untuk mencegah penularan demam berdarah karena tidak dapat memperkirakan dengan pasti kapan dan dimana pastinya terkena gigitan nyamuk Aedes.
"DB itu intinya kan digigit nyamuk, Iha masalahnya kita itu kan tidak tahu dari mana nggigitnya, dari luar rumah atau pas anak-anak itu main, kalo pas di sekolah atau dari mana kan kita juga nggak tau ... jadi kita kan tidak tahu pas waktu digigitnya itu di saat kapan dan dimana ..."

DB intinya adalah digigit nyamuk. Masalahnya kita tidak tahu dari mana menggigitnya, dari luar rumah, sewaktu anak-anak bermain, di sekolah atau dari mana juga tidak tahu. Jadi kita tidak tahu waktu dan tempat pastinya tergigit (Pujiyanti, 2011)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku didasari  oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Kurangnya pengetahuan dapat berpengaruh pada tindakan yang dilakukan karena pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku. Oleh karena itu untuk mendidik masyarakat agar mempunyai perilaku yang baik, warga perlu diberikan pengetahuan.
2)   Kepadatan Vektor DBD
Tabel berikut menunjukkan bahwa jumlah container yang positif larva menurun dari 75 menjadi 66 container dan
Tabel 3.
Keberadaan Larva Ae. aegypti   Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan PSN di Kecamatan Bayah

Jenis
Container
Sebelum
Penyuluhan
Sesudah
Penyuluhan
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Bak mandi
20
74
28
66
Bak WC
3
4
2
5
Drum
11
23
8
26
Tempayan
4
18
4
18
Ember
24
188
21
191
TPA lain
9
27
2
34
Kaleng bekas
1
2
1
2
Ban bekas
0
1
0
1
Botol bekas
2
3
0
5
Vas bunga
1
0
0
1
Kolam
0
4
0
4
Total
75
344
66
353
Sumber: Sungkar, 2010

Tabel 4.
Indikator Kepadatan Vektor Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan DBD Di Kecamatan Bayah

Indikator
Container index
House
index
Breteau index
Sebelum
18%
52%
75
Sesudah
16%
42%
66
Sumber: Sungkar, 2010

Jumlah rumah yang positif larva menurun dari 52 menjadi 42 rumah. Dengan demikian CI menurun dari 18% menjadi 16%, HI menurun dari 52% menjadi 42%, dan BI menurun dari 75 menjadi 66. Index tersebut masih lebih tinggi dari standar WHO sehingga Bayah tetap tergolong kategori risiko tinggi penularan DBD dan masih berpotensi mengalami KLB.
Setelah penyuluhan, semua container yang positif larva menurun jumlahnya, kecuali bak mandi dan tempayan bahkan jumlah bak mandi yang positif larva bertambah. Bertambahnya jumlah bak mandi yang positif larva terjadi karena warga tidak menguras secara teratur dan hanya mengurasnya jika sudah sangat kotor dan suplai air bersih tersedia.
3)      Faktor Risiko Kejadian DBD
Tabel 5.
 Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko Kejadian DBD di Desa Mojosongo Kabipaten Boyolali
Tahun 2006 – 2008

No
Variabel
OR
p
Coeficince Interval 95%
Batas Bawah
Batas Atas
1
Kontainer
·         <3
·         >3

1
6,75


0,01

-
2,15

21,22
-
2
Mobilitas
·         Tidak Terbiasa
·         Terbiasa

1
9,29


0,43

-
1,98

-
80,15
3
Saluran Hujan
·         Tidak Terdapat
·         Terdapat

1
0,00


1

-
0

-
-
4
Tinggal Rumah
·         Tidak Biasa
·         Biasa

1
0,00


0,75

-
0,14

-
14,64
Sumber: Gama dan Betty, 2010.
Berdasar tabel diatas menyajikan bahwa responden yang mempunyai kontainer >3 memiliki risiko untuk mengalami DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden yang mempunyai kontainer <3 dengan batas bawah 2,15 dan batas atas 21,22 (OR : 6,75, CI 95% : 2,15 hingga 21,22). Responden yang melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD memiliki risiko 9,29 kali lebih besar daripada responden yang tidak melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD dengan batas bawah 1,08 dan batas atas 80,15 (OR : 9,29, CI 95% : 1,08 hingga 80,15). Responden yang mempunyai saluran air hujan bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% : 0), dan Responden yang biasa tinggal di dalam rumah pada pagi hari bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% : 0,14 hingga 14,64).
Menurut Sari (2005) menyatakan bahwa faktor- faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia adalah:
a.       Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter.
b.      Mobilitas penduduk, memudakan penularan dari suatu tempat ke tempat lain.
c.       Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. Bila di suatu rumah ada nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung kerumah itu.
d.      Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan.
e.       Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
f.       Mata pencaharian, mempengaruhi penghasilan
g.      Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.
h.      Perkumpulan yang ada, bisa digunakan untuk sarana PKM
i.        Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk sakit DBD lebih besar.
j.        Suku bangsa, tiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-masing, hal ini juga mempengaruhi penularan DBD.
k.      Kerentanan terhadap penyakit, tiap individu mempunyai kerentanan tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam tubuhnya tidak sama dalam menghadapi suatu penyakit, ada yang mudah kena penyakit, ada yang tahan terhadap penyakit.
Sedangkan faktor yang dianggap dapat memicu kejadian DBD adalah :
1)        Lingkungan. Perubahan suhu, kelembaban nisbi, dan curah hujan mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor penular penyakit bertambah dan virus dengue berkembang lebih ganas. Siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat sehingga jumlah populasi akan cepat sekali naik. Keberadaan penampungan air artifisial/ kontainer seperti bak mandi, vas bunga, drum, kaleng bekas, dan lain-lain akan memperbanyak tempat bertelur nyamuk. Penelitian oleh Ririh dan Anny (2005) tentang "Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Daerah Endemis Surabaya" menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelembaban, tipe kontainer, dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.
2)         Perilaku. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal, sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Kurang baik perilaku masyarakat terhadap PSN (mengubur, menutup penampungan air), urbanisasi yang cepat, transportasi yang makin baik, mobilitas manusia antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, dan kebiasaan berada di dalam rumah pada waktu siang hari.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti tergolong tinggi sehingga Kecamatan Bayah digolongkan sebagai daerah transmisi tinggi DBD. Hal tersebut disebabkan Kecamatan Bayah merupakan daerah yang sesuai untuk perkembangbiakan Ae. aegypti. Temperatur udara berkisar antara 35 oC pada siang hari dan 24 oC pada malam hari dengan kelembaban 90% yang berarti sesuai untuk kehidupan Ae. aegypti. Selain itu, di Kecamatan Bayah banyak terdapat container berisi air jernih yang merupakan habitat Ae. aegypti karena warga harus menyimpan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Setelah penyuluhan, tingkat pengetahuan warga mengenai PSN meningkat secara bermakna. Dengan peningkatan tersebut diharapkan warga mampu melakukan PSN dengan baik sehingga kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti menurun.
Pada kenyataannya, survei entomologi menunjukkan bahwa kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti sebelum dan sesudah penyuluhan tidak berbeda bermakna yang berarti penyuluhan PSN satu kali tidak menurunkan kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti di Kecamatan Bayah.
Penelitian yang yang lain menjelaskan dengan kondisi lingkungan di mana keberadaan container yaitu Kontainer >3 memiliki risiko untuk mengalami DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden yang mempunyai kontainer <3. Menurut penelitian Suyasa (2006), bahwa ada hubungan antara keberadaan kontainer dengan keberadaan vektor DBD dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,235, dan hasil observasi menunjukkan bahwa dari 90 responden yang diteliti, diketahui 58 (64,4%) terdapat 1 sampai dengan 3 kontainer di sekitar responden dan 32 (35,6%) terdapat lebih dari 3 kontainer di sekitar responden (Gama, 2010).
Pembangunan perumahan baru memberi kesempatan nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Hasil survey Depkes di 9 kota, menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti ditemukan satu diantara 3 rumah atau tempat umum yang diperiksa. Tempat perindukan nyamuk yang potensial adalah tempat penampungan air seperti bak mandi/ WC, tempayan, drum, kaleng-kaleng bekas, dll (Depkes RI, 1992).

3.        Mekanisme Perubahan Lingkungan & Dampak Kesehatan
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk manusia).
Lingkungan hidup baik faktor biotik maupun abiotik berpengaruh dan dipengaruhi manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung. Daya dukung lingkungannya adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam kondisi alami, lingkungan dengan segala keragaman interaksi yang ada mampu untuk menyeimbangkan keadaannya. Namun tidak tertutup kemungkinan, kondisi demikian dapat berubah oleh campur tangan manusia dengan segala aktivitas pemenuhan kebutuhan yang terkadang melampaui Batas.
Mekanisme Perubahan Lingkungan
Lingkungan yang tidak sehat terkait dengan perilaku dalam pemberantasan saran nyamuk atau vektor DBD.  Pengetahuan yang rendah terhadap kejadian penyakit demam berdarah memiliki andil yang cukup besar dalam transmisi penyakit tersebut.
Kebiasaan yang terpola dalam menjaga lingkungan membuat penularan penyakit DBD semakin rendah. Misalnya, keberadaan tempat perindukan nyamuk yang tidak di berikan perhatian serius dalam penanganannya maka akan berefek pada lingkungan itu sendiri sehingga kepadatan larva Aedes aegypti semakin tinggi.
Yang perlu menjadi fokus terjadinya perubahan lingkungan melihat dari segi promosi kesehatan adalah karena pengetahuan, sikap serta tindakan yang belum sejalan dalam penerapannya serta kerja sama lintas sektor.
Dampak Kesehatan
Oleh karena itu kami membagi dampak kesehatan atas dua yaitu dampak kesehatan (positif) apabila pengetahuan, sikap dan tindakan serta kerja sama lintas sektor di laksanakan dengan baik, dan dampak kesehatan (negative) apabila pengetahuan, sikap dan tindakan serta kerja sama lintas sector tidak di laksanakan dengan baik.
Dampak positif: terbebas dari penularan penyakit, lingkungan menjadi bersih, aktifitas masyarakat tidak terganggu dll. Sedangkan dampak negativnya adalah:
a.      Daerah endemis DBD bisa bertambah luas sehingga Prevalensi DBD semakin meningkat
b.      Apabila lingkungan tidak sehat akan memicu munculnya penyakit baru.
c.       Pembiayaan bertambah dalam penanggulangan penyakit.
d.      Aktifitas masyarakat terganggu.

4.        Konsep/Cara Penanggulangan vektor DBD
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah yaitu Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1) Lingkungan. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengubur kaleng-kaleng dan ban-ban bekas, menutup dengan rapat bak penampungan air, dan mengganti/menguras vas bunga / tempat minum burung seminggu sekali.
2) Biologi. Yaitu berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan musuh-musuh (predator) nyamuk yang ada di alam seperti ikan pemakan jentik (ikan cupang, dll), dan bakteri.
3) Kimiawi. Yaitu berupa pengendalian vektor dengan bahan kimia, baik bahan kimia sebagai racun, bahan penghambat pertumbuhan, dan sebagai hormon. Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian vektor harus mempertimbangkan kerentanan terhadap pestisida, bisa diterima masyarakat, aman terhadap manusia dan organisme lain. Caranya adalah : a) pengasapan//fogging , b) memberi bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
4) Terpadu. Langkah ini tidak lain merupakan aplikasi dari ketiga cara yang dilakukan secara tepat/terpadu dan kerja sama lintas program maupun lintas sektoral dan peran serta masyarakat.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan "3M Plus", yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat (Ditjen P2MPL, 2000).
Dari aspek promosi kesehatan upaya promosi kesehatan dalam pencegahan dapat dilakukan adalah:
a.       Kerja sama antara petugas kesehatan dengan masyarakat dalam penanggulangan jentik nyamuk DBD.
b.      Promosi kesehatan melalui penyuluhan terus dilaksanakan dan ditingkatkan baik kepada masyarakat maupun kepada anak-anak terutama anak sekolah dasar tentang pentingnya PSN serta kegiatan 3M.


C.      KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.      Faktor penyebab terjadinya penyakit demam berdarah dengue adalah keberadaan nyamuk atau vektor DBD, pengetahuan, kepadatan nyamuk Aedes aegypti.
b.      Perubahan lingkungan yang terjadi akan menghasilkan dampak yang positif dan dampak negative bagi masyarakat.
c.       Cara penanggulangan dari aspek promosi kesehatan upaya promosi kesehatan dalam pencegahan dapat dilakukan adalah: Kerja sama antara petugas kesehatan dengan masyarakat dalam penanggulangan jentik nyamuk DBD, Promosi kesehatan melalui penyuluhan terus dilaksanakan dan ditingkatkan baik kepada masyarakat maupun kepada anak-anak terutama anak sekolah dasar tentang pentingnya PSN serta kegiatan 3M dan


DAFTAR PUSTAKA
Sungkar, Saleha,. 2010. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dan Kepadatan Aedes aegypti Di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten.
Pujiyanti, Aryani, dkk,. 2011. Pengetahuan dan Penanggulangan Ibu Rumah tangga atas Nyamuk Demam Berdarah Dengue.
Bakti, Ajeng, P, dkk,. 2010. Karakteristik Tempat Perindukan Aedes Dan Potensi Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta.
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 2010. Tidak Semua Anak Sekolah Mengerti Demam Berdarah. http:// /Jurnal:
Gama, Azizah, T, dkk,. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Di desa Mojosongo Kabupaten Boyolali.

1 komentar:

  1. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Total Cure Call 2349010754824, atau kirim email ke drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus Gonorrhea Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: 2349010754824 dan email dia drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena kesakitan dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    BalasHapus

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA