A.
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Nyamuk Ae. aegypti (Vektor DBD) |
Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di
Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun
1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar
luas ke seluruh Indonesia.
Penyakit ini
disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam
kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4
jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4.
KLB
terakhir tercatat pada tahun 2006 yakni
terdapat 80.837 kasus DBD di Indonesia dengan jumlah korban meninggal sebanyak
1.099 orang, dan merupakan angka tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
Selanjutnya pada tahun 2007 tercata kasus DBD sebesar 8.019 orang (sampai 31
Januari 2007) (WHO, 2007 dalam Bakti dkk, 2010).
Pada
tahun 2007 terjadi peningkatan insidens DBD dan kejadian luar biasa (KLB) di
Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Gorontalo, Bali, Jawa Timur,
Jawa Barat, Jakarta dan Banten (Depkes RI, dalam Sungkar dkk, 2010) .
Faktor inang
menyangkut kerentanan dan imunitasnya terhadap penyakit, sedangkan faktor
lingkungan menyangkut kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah
hujan, angin, kelembaban, musim), kondisi demografi (kepadatan, mobilitas,
perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk), dan jenis dan kepadatan
nyamuk sebagai vektor penular penyakit tersebut. Menurut Suwarja (2007)
kepadatan populasi nyamuk Ae. aegypti yang diukur melalui kepadatan
jentik dan jumlah kontener sangat nyata pengaruhnya terhadap kasus penularan
DBD. Meningkatnya kasus tersebut terkait erat dengan buruknya sanitasi
lingkungan di daerah kejadian (kasus di Kecamatan Tikalka, Manado).
Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi
lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah
pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan
paling besar dalam penularan virus Dengue
(Gama, 2010).
b.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan
upaya penanggulangan larva Aedes aegypti atau
vektor demam berdarah dengue (DBD) di
Indonesia. Oleh karena itu yang menjadi rumusan masalah makalah yang kami akan
bahas adalah:
1.
Apakah yang dimaksud
dengan penyakit Demam Berdarah Dengue?
2.
Apakah faktor penyebab
masalah kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD)?
3.
Bagaimana mekanisme
perubahan lingkungan dan terjadinya dampak kesehatan penyakit demam berdarah dengue?
4.
Bagaimana konsep/cara pengendalian
vektor DBD melalui upaya promosi kesehatan?
c.
Tujuan
Tujuan
penyusunan makalah studi kasus ini adalah
a.
Untuk mengetahui
penyakit demam berdarah dengue secara
umum.
b.
Untuk memahami faktor
penyebab masalah kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
c.
Untuk memahami mekanisme
perubahan lingkungan dan terjadinya dampak kesehatan penyakit demam berdarah dengue?
d.
Untuk memahami serta
mampu melaksanakan konsep/cara pengendalian vektor DBD melalui upaya promosi
kesehatan?
B.
PEMBAHASAN
1.
Demam
Berdarah Dengue
Demam berdarah atau
DBD adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. penyakit febril akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup
berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa
serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. DBD disebarkan kepada manusia oleh
nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini
ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala
berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan
ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, dan biasanya mucul
dulu pada bagian bawah badan dan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh
tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di
perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare. Penyebab demam berdarah menunjukkan
demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang
mempunyai tingkat kematian tinggi (Siregar, 2005)
2.
Faktor
Penyebab Masalah Kejadian Penyakit DBD
Faktor-faktor yang terkait dalam penularan
Demam Berdarah Dengue yaitu:
a.
Nyamuk Aede; virus Dengue ditularkan dari orang sakit ke orang sehat
melalui gigitan nyamuk Aedes dari
subgenus Stegomya. Di Indonesia ada 3
jenis nyamuk Aedes yang bisa
menularkan virus dengue yaitu: Aedes
aegypti, Aedes alpobictus, dan Aedes
Scutellaris
b.
Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada
manusia adalah:
1) Pengetahuan
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sungkar dkk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa
sebelum penyuluhan warga memiliki pengetahuan kurang berkurang setelah
dilakukan penyuluhan menjadi 50,9% dari 64,2%. Sedangkan pengetahuan yang baik
meningkat 1,9%. Hasil tersebut tergambar pada tabel di bawah ini.
Tabel
1.
Tingkat
Pengetahuan Warga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan PSN di Kecamatan Bayah
Penyuluhan
|
Tingkat Pengetahuan
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
|
Sebelum
|
12
(11,3%)
|
26
(24,5%)
|
68
(64,2%)
|
Sesudah
|
14
(13,2%)
|
38
(35,8%)
|
54
(50,9%)
|
Sumber: Sungkar, 2010
Seperti
yang terjadi dengan penelitian tentang pengetahuan siswa Sekolah dasar yang ada
Di Depok tentang cara mengendalikan vektor DBD tergambar pada tabel berikut:
Tabel 2.
Pengetahuan Murid
tentang Cara Mengendalikan Vektor
Cara mengendalikan vektor
|
Persentase (%)
|
PSN 3M Plus
|
72,6
|
Memeriksa jentik
|
63,4
|
Mengajak orang tua melakukan
PSN
|
73,0
|
Mengajak teman memeriksa jentik
|
16,3
|
Total: tahu cara mengendalikan
vektor
|
30,1
|
Sumber:
Dep. PKIP, 2009
Sebanyak
72,6% pengetahuan murid tentang cara mengendalikan vektor adalah dengan
memberantas saran nyamuk di tambah dengan 3M (Menutup, Menguras dan Mengubur).
Penelitian
lainnya yang menggali tentang pengetahuan dimana Informan yang dipilih
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan di awal penelitian, yaitu ibu rumah
tangga yang merupakan penduduk asli di lokasi penelitian. Ibu rumah tangga
menjadi kunci dalam usaha kesehatan di masyarakat sebab melalui merekalah
ketahanan anggota keluarga akan terwujud.
Menurut informan
nyamuk Aedes banyak menggigit manusia di lingkungan luar rumah seperti
lapangan berumput, semak-semak, tempat yang banyak tetumbuhan, pekarangan
rumah, lingkungan sekolah dan tempat-tempat umum. Hanya sedikit informan yang
menjawab bahwa nyamuk Aedes menggigit di dalam rumah, di dalam gedung
sekolah dan di tempat-tempat yang dekat dengan air. Informan mengalami
kesulitan untuk mencegah penularan demam berdarah karena tidak dapat
memperkirakan dengan pasti kapan dan dimana pastinya terkena gigitan nyamuk Aedes.
"DB itu intinya kan digigit
nyamuk, Iha masalahnya kita itu kan tidak tahu dari mana nggigitnya, dari luar
rumah atau pas anak-anak itu main, kalo pas di sekolah atau dari mana kan kita
juga nggak tau ... jadi kita kan
tidak tahu pas waktu digigitnya itu di saat kapan dan dimana ..."
DB intinya adalah
digigit nyamuk. Masalahnya kita tidak tahu dari mana menggigitnya, dari luar
rumah, sewaktu anak-anak bermain, di sekolah atau dari mana juga tidak tahu.
Jadi kita tidak tahu waktu dan tempat pastinya tergigit (Pujiyanti, 2011)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over
behavior). Perilaku didasari oleh
pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
Kurangnya pengetahuan dapat berpengaruh pada tindakan yang dilakukan karena
pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku.
Oleh karena itu untuk mendidik masyarakat agar mempunyai perilaku yang baik,
warga perlu diberikan pengetahuan.
2)
Kepadatan
Vektor DBD
Tabel berikut menunjukkan bahwa
jumlah container yang positif larva menurun dari 75 menjadi 66 container
dan
Tabel 3.
Keberadaan Larva Ae.
aegypti Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan PSN di Kecamatan Bayah
Jenis
Container
|
Sebelum
Penyuluhan
|
Sesudah
Penyuluhan
|
||
Positif
|
Negatif
|
Positif
|
Negatif
|
|
Bak mandi
|
20
|
74
|
28
|
66
|
Bak WC
|
3
|
4
|
2
|
5
|
Drum
|
11
|
23
|
8
|
26
|
Tempayan
|
4
|
18
|
4
|
18
|
Ember
|
24
|
188
|
21
|
191
|
TPA lain
|
9
|
27
|
2
|
34
|
Kaleng bekas
|
1
|
2
|
1
|
2
|
Ban bekas
|
0
|
1
|
0
|
1
|
Botol bekas
|
2
|
3
|
0
|
5
|
Vas bunga
|
1
|
0
|
0
|
1
|
Kolam
|
0
|
4
|
0
|
4
|
Total
|
75
|
344
|
66
|
353
|
Sumber: Sungkar, 2010
Tabel 4.
Indikator Kepadatan Vektor Sebelum dan
Sesudah
Penyuluhan DBD Di Kecamatan Bayah
Indikator
|
Container index
|
House
index
|
Breteau index
|
Sebelum
|
18%
|
52%
|
75
|
Sesudah
|
16%
|
42%
|
66
|
Sumber: Sungkar,
2010
Jumlah rumah yang positif larva
menurun dari 52 menjadi 42 rumah. Dengan demikian CI menurun dari 18% menjadi
16%, HI menurun dari 52%
menjadi 42%, dan BI menurun dari 75 menjadi 66. Index tersebut masih lebih
tinggi dari standar WHO sehingga Bayah tetap tergolong kategori risiko tinggi
penularan DBD dan masih berpotensi mengalami KLB.
Setelah penyuluhan,
semua container yang positif larva menurun jumlahnya, kecuali bak mandi
dan tempayan bahkan jumlah bak mandi yang positif larva bertambah. Bertambahnya
jumlah bak mandi yang positif larva terjadi karena warga tidak menguras secara
teratur dan hanya mengurasnya jika sudah sangat kotor dan suplai air bersih
tersedia.
3) Faktor
Risiko Kejadian DBD
Tabel 5.
Hasil Analisis Regresi Logistik tentang
Analisis Faktor Risiko Kejadian DBD di Desa Mojosongo Kabipaten Boyolali
Tahun 2006 – 2008
No
|
Variabel
|
OR
|
p
|
Coeficince Interval 95%
|
|
Batas Bawah
|
Batas Atas
|
||||
1
|
Kontainer
·
<3
·
>3
|
1
6,75
|
0,01
|
-
2,15
|
21,22
-
|
2
|
Mobilitas
·
Tidak Terbiasa
·
Terbiasa
|
1
9,29
|
0,43
|
-
1,98
|
-
80,15
|
3
|
Saluran Hujan
·
Tidak Terdapat
·
Terdapat
|
1
0,00
|
1
|
-
0
|
-
-
|
4
|
Tinggal Rumah
·
Tidak Biasa
·
Biasa
|
1
0,00
|
0,75
|
-
0,14
|
-
14,64
|
Sumber:
Gama dan Betty, 2010.
Berdasar tabel diatas menyajikan bahwa
responden yang mempunyai kontainer >3 memiliki risiko untuk mengalami DBD
6,75 kali lebih besar daripada responden yang mempunyai kontainer <3 dengan
batas bawah 2,15 dan batas atas 21,22 (OR : 6,75, CI 95% : 2,15 hingga 21,22).
Responden yang melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian
DBD memiliki risiko 9,29 kali lebih besar daripada responden yang tidak
melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD dengan batas
bawah 1,08 dan batas atas 80,15 (OR : 9,29, CI 95% : 1,08 hingga 80,15).
Responden yang mempunyai saluran air hujan bukan merupakan faktor risiko
kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% : 0), dan Responden yang biasa tinggal di dalam
rumah pada pagi hari bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI
95% : 0,14 hingga 14,64).
Menurut Sari (2005)
menyatakan bahwa faktor- faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia
adalah:
a.
Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk
terjadi penularan DBD, oleh karena
jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter.
b. Mobilitas penduduk,
memudakan penularan dari suatu tempat ke tempat lain.
c. Kualitas perumahan,
jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan mempengaruhi
penularan. Bila di suatu rumah ada nyamuk penularnya maka akan menularkan
penyakit di orang yang tinggal di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang
berada dalam jarak terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung kerumah itu.
d. Pendidikan, akan
mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan
yang dilakukan.
e. Penghasilan, akan
mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
f. Mata pencaharian,
mempengaruhi penghasilan
g. Sikap hidup, kalau
rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam masalah akan
mengurangi resiko ketularan penyakit.
h. Perkumpulan yang ada,
bisa digunakan untuk sarana PKM
i.
Golongan umur, akan memperngaruhi penularan
penyakit. Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk
sakit DBD lebih besar.
j.
Suku bangsa, tiap suku bangsa mempunyai
kebiasaannya masing-masing, hal ini juga mempengaruhi penularan DBD.
k. Kerentanan terhadap
penyakit, tiap individu mempunyai kerentanan tertentu terhadap penyakit,
kekuatan dalam tubuhnya tidak sama dalam menghadapi suatu penyakit, ada yang
mudah kena penyakit, ada yang tahan terhadap penyakit.
Sedangkan faktor yang
dianggap dapat memicu kejadian DBD adalah :
1)
Lingkungan. Perubahan suhu, kelembaban nisbi, dan
curah hujan mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor penular
penyakit bertambah dan virus dengue berkembang lebih ganas. Siklus
perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa
akan dipersingkat sehingga jumlah populasi akan cepat sekali naik. Keberadaan
penampungan air artifisial/ kontainer seperti bak mandi, vas bunga, drum,
kaleng bekas, dan lain-lain akan memperbanyak tempat bertelur nyamuk.
Penelitian oleh Ririh dan Anny (2005) tentang "Hubungan Kondisi
Lingkungan, Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes
Aegypti di Daerah Endemis Surabaya" menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kelembaban, tipe kontainer, dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.
2)
Perilaku.
Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat
tinggal, sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk.
Kurang baik perilaku masyarakat terhadap PSN (mengubur, menutup penampungan
air), urbanisasi yang cepat, transportasi yang makin baik, mobilitas manusia
antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, dan
kebiasaan berada di dalam rumah pada waktu siang hari.
Pada penelitian ini
diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan kepadatan dan penyebaran Ae.
aegypti tergolong tinggi sehingga Kecamatan Bayah digolongkan sebagai daerah transmisi tinggi
DBD. Hal tersebut disebabkan Kecamatan Bayah merupakan daerah yang sesuai untuk
perkembangbiakan Ae. aegypti. Temperatur udara berkisar antara 35 oC
pada siang hari dan 24 oC pada malam hari dengan kelembaban 90% yang
berarti sesuai untuk kehidupan Ae. aegypti. Selain itu, di Kecamatan Bayah banyak
terdapat container berisi air jernih yang merupakan habitat Ae. aegypti karena
warga harus menyimpan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Setelah penyuluhan, tingkat
pengetahuan warga mengenai PSN meningkat secara bermakna. Dengan peningkatan
tersebut diharapkan warga mampu melakukan PSN dengan baik sehingga kepadatan
dan penyebaran Ae. aegypti menurun.
Pada kenyataannya,
survei entomologi menunjukkan bahwa kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti sebelum
dan sesudah penyuluhan tidak berbeda bermakna yang berarti penyuluhan PSN satu
kali tidak menurunkan kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti di Kecamatan Bayah.
Penelitian yang yang lain menjelaskan
dengan kondisi lingkungan di mana keberadaan container yaitu Kontainer >3
memiliki risiko untuk mengalami DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden
yang mempunyai kontainer <3. Menurut penelitian Suyasa (2006), bahwa ada
hubungan antara keberadaan kontainer dengan keberadaan vektor DBD dengan nilai
koefisien kontingensi sebesar 0,235, dan hasil observasi menunjukkan bahwa dari
90 responden yang diteliti, diketahui 58 (64,4%) terdapat 1 sampai dengan 3
kontainer di sekitar responden dan 32 (35,6%) terdapat lebih dari 3 kontainer
di sekitar responden (Gama, 2010).
Pembangunan perumahan
baru memberi kesempatan nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
Hasil survey Depkes di 9 kota, menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti ditemukan
satu diantara 3 rumah atau tempat umum yang diperiksa. Tempat perindukan nyamuk
yang potensial adalah tempat penampungan air seperti bak mandi/ WC, tempayan,
drum, kaleng-kaleng bekas, dll (Depkes RI, 1992).
3.
Mekanisme
Perubahan Lingkungan & Dampak Kesehatan
Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk manusia).
Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk manusia).
Lingkungan
hidup baik faktor biotik maupun abiotik berpengaruh dan dipengaruhi manusia.
Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi
kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung. Daya dukung lingkungannya
adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya.
Dalam
kondisi alami, lingkungan dengan segala keragaman interaksi yang ada mampu
untuk menyeimbangkan keadaannya. Namun tidak tertutup kemungkinan, kondisi
demikian dapat berubah oleh campur tangan manusia dengan segala aktivitas
pemenuhan kebutuhan yang terkadang melampaui Batas.
Mekanisme
Perubahan Lingkungan
Lingkungan
yang tidak sehat terkait dengan perilaku dalam pemberantasan saran nyamuk atau
vektor DBD. Pengetahuan yang rendah
terhadap kejadian penyakit demam berdarah memiliki andil yang cukup besar dalam
transmisi penyakit tersebut.
Kebiasaan
yang terpola dalam menjaga lingkungan membuat penularan penyakit DBD semakin
rendah. Misalnya, keberadaan tempat perindukan nyamuk yang tidak di berikan
perhatian serius dalam penanganannya maka akan berefek pada lingkungan itu
sendiri sehingga kepadatan larva Aedes
aegypti semakin tinggi.
Yang
perlu menjadi fokus terjadinya perubahan lingkungan melihat dari segi promosi
kesehatan adalah karena pengetahuan, sikap serta tindakan yang belum sejalan
dalam penerapannya serta kerja sama lintas sektor.
Dampak
Kesehatan
Oleh
karena itu kami membagi dampak kesehatan atas dua yaitu dampak kesehatan
(positif) apabila pengetahuan, sikap dan tindakan serta kerja sama lintas
sektor di laksanakan dengan baik, dan dampak kesehatan (negative) apabila
pengetahuan, sikap dan tindakan serta kerja sama lintas sector tidak di
laksanakan dengan baik.
Dampak
positif: terbebas dari penularan penyakit, lingkungan menjadi bersih, aktifitas
masyarakat tidak terganggu dll. Sedangkan dampak negativnya adalah:
a.
Daerah endemis DBD bisa
bertambah luas sehingga Prevalensi DBD semakin meningkat
b.
Apabila lingkungan
tidak sehat akan memicu munculnya penyakit baru.
c.
Pembiayaan bertambah
dalam penanggulangan penyakit.
d.
Aktifitas masyarakat
terganggu.
4.
Konsep/Cara
Penanggulangan vektor DBD
Pencegahan utama
demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam
berdarah yaitu Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1) Lingkungan. Metode
lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya
sekali seminggu, mengubur kaleng-kaleng dan ban-ban bekas, menutup dengan rapat
bak penampungan air, dan mengganti/menguras vas bunga / tempat minum burung
seminggu sekali.
2) Biologi. Yaitu
berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan musuh-musuh (predator)
nyamuk yang ada di alam seperti ikan pemakan jentik (ikan cupang, dll), dan
bakteri.
3) Kimiawi. Yaitu
berupa pengendalian vektor dengan bahan kimia, baik bahan kimia sebagai racun,
bahan penghambat pertumbuhan, dan sebagai hormon. Penggunaan bahan kimia untuk
pengendalian vektor harus mempertimbangkan kerentanan terhadap pestisida, bisa
diterima masyarakat, aman terhadap manusia dan organisme lain. Caranya adalah :
a) pengasapan//fogging , b) memberi bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
4) Terpadu. Langkah ini
tidak lain merupakan aplikasi dari ketiga cara yang dilakukan secara
tepat/terpadu dan kerja sama lintas program maupun lintas sektoral dan peran
serta masyarakat.
Cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di
atas, yang disebut dengan "3M Plus", yaitu menutup, menguras,
menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat
(Ditjen P2MPL, 2000).
Dari aspek promosi kesehatan upaya promosi
kesehatan dalam pencegahan dapat dilakukan adalah:
a. Kerja
sama antara petugas kesehatan dengan masyarakat dalam penanggulangan jentik
nyamuk DBD.
b. Promosi
kesehatan melalui penyuluhan terus dilaksanakan dan ditingkatkan baik kepada
masyarakat maupun kepada anak-anak terutama anak sekolah dasar tentang
pentingnya PSN serta kegiatan 3M.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan
pada hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Faktor penyebab
terjadinya penyakit demam berdarah dengue
adalah keberadaan nyamuk atau vektor DBD, pengetahuan, kepadatan nyamuk Aedes aegypti.
b.
Perubahan lingkungan
yang terjadi akan menghasilkan dampak yang positif dan dampak negative bagi
masyarakat.
c.
Cara penanggulangan dari aspek promosi kesehatan upaya promosi kesehatan
dalam pencegahan dapat dilakukan adalah: Kerja
sama antara petugas kesehatan dengan masyarakat dalam penanggulangan jentik
nyamuk DBD, Promosi kesehatan melalui penyuluhan terus dilaksanakan dan
ditingkatkan baik kepada masyarakat maupun kepada anak-anak terutama anak
sekolah dasar tentang pentingnya PSN serta kegiatan 3M dan
DAFTAR PUSTAKA
Sungkar, Saleha,. 2010.
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dan
Kepadatan Aedes aegypti Di Kecamatan
Bayah, Provinsi Banten.
Pujiyanti, Aryani, dkk,.
2011. Pengetahuan dan Penanggulangan Ibu Rumah tangga atas Nyamuk Demam
Berdarah Dengue.
Bakti, Ajeng, P, dkk,. 2010.
Karakteristik Tempat Perindukan Aedes Dan Potensi Penularan Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta.
Departemen
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 2010. Tidak Semua Anak Sekolah Mengerti
Demam Berdarah. http:// /Jurnal:
Gama, Azizah, T, dkk,.
Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Di desa Mojosongo Kabupaten Boyolali.
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Total Cure Call 2349010754824, atau kirim email ke drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus Gonorrhea Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: 2349010754824 dan email dia drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena kesakitan dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus